Ini bercerita perselingkuhan pada seseorang suami dengan ibu mertuanya saat isterinya tengah pergi ke luar kota. Mereka berdua nikmati hubungan sex terlarang ini. Seolah melepas nafsu birahinya, anak menantu serta ibu mertua ini menjangkau kesenangan sex yang mereka inginkan serta simpan sampai kini.
Ayah mertuaku (Pak Buyung, samaran) yang berumur sekitaran 60 th. barusan pensiun dari pekerjaannya di satu diantara perusahaan di Jakarta. Sebenarnya beliau telah pensiun dari anggota ABRI saat berusia 55 th., namun karna dipandang masih tetap dapat jadi beliau selalu bekerja. Karna beliau masih tetap menginginkan selalu berkarya, jadi beliau mengambil keputusan untuk kembali pada kampungnya di daerah Malang, Jawa Timur terkecuali untuk menggunakan hari tuanya, juga beliau menginginkan mengurus kebun Apelnya yang cukup luas.
Ibu mertuaku (Bu Jum, samaran) meskipun telah berusia sekitaran 45 th., namun penampilannya tambah lebih muda dari umurnya. Tubuhnya saja tidak gemuk gombyor seperti umumnya ibu-ibu yang telah berusia, walaupun tidak cantik namun wajahnya ayu serta mengasyikkan untuk dilihat. Tampilan ibu mertuaku sesuai sama itu mungkin saja karna sepanjang di Jakarta kehidupannya senantiasa berkecukupan serta tekun ikuti senam dengan berkala dengan kelompoknya.
Sebagian bulan waktu lalu, saya ambil cuti panjang serta mengunjunginya dengan Istriku (anak tunggal mertuaku) serta anakku yang baru berumur 2 th.. Kehadiran kami diterima dengan senang oleh ke-2 orang mertuaku, terlebih telah satu tahun lebih tidak berjumpa mulai sejak mertuaku kembali pada kampungnya.
Pertama-tama, saya dipeluk oleh Pak Buyung mertuaku serta istriku dipeluk dan diciumi oleh ibunya serta kemudian istriku selekasnya mendatangi ayahnya dan memeluknya serta Bu Jum mendekapku dengan erat hingga merasa payudaranya mengganjal empuk di dadaku serta tidak merasa penisku jadi tegang karena itu.
Dalam pelukannya, Bu Jum pernah membisikkan
“Man.. Ibu kangen sekali denganmu”, sembari menggosokikan tangannya di punggungku, serta tidak untuk mengecewakannya kubisiki juga,
“Buuu…, Saya juga kangen sekali dengan Ibu”, serta saya jadi begitu kaget saat ibu mertuaku sembari masih tetap mendekapku membisikiku dengan kalimat,
“Firman, Ibu rasakan ada yang mengganjal di perut Ibu”, serta karna kaget dengan kalimat itu, saya jadi tertegun serta selalu sama-sama melepas pelukan serta kuperhatikan ibu mertuaku tersenyum penuh makna.
Sesudah dua hari ada dirumah mertua, saya serta istriku rasakan ada keanehan dalam rumah tangga mertuaku, terlebih pada diri ibu mertuaku. Ibu mertuaku senantiasa saja sebagian geram pada suaminya jika ada beberapa hal yang kurang sudi, sedang bapak mertuaku jadi lebih pendiam dan tidak meladeni ibu mertuaku saat beliau tengah sebagian geram serta bapak mertuaku nampaknya lebih suka menggunakan saatnya di kebun Apelnya.
Meskipun di situ cuma sekedar duduk seperti tengah merenung atau melamun. Istriku jadi anaknya tidak dapat melakukan perbuatan apa-apa dengan perilaku orang tuanya terlebih dengan ibunya, yang sangatlah jauh berbeda di banding pada saat mereka masih tetap ada di Jakarta, kami berdua cuma dapat menduga-duga saja serta peluangnya beliau itu terserang post power syndrome.
Karna istriku takut untuk menanyakannya pada ke-2 orang tuanya, lantas Istriku memohonku untuk mengorek info dari ibunya serta agar ibunya ingin menceritakan mengenai problem yang tengah dihadapinya, jadi istriku memohonku untuk menanyakannya pada saat dia tidak tengah dirumah serta pada saat ayahnya tengah ke kebun Apelnya.
Pada pagi hari ke 3 sesudah usai sarapan pagi, istriku sembari membawa anakku, pamitan pada ke-2 orang tuanya untuk pergi berkunjung ke Budenya di kota Kediri, yang tidaklah terlalu jauh dari Malang serta bila dapat juga akan pulang sore kelak.
“Lho…, Resti, kok suamimu tidak di ajak..? ”, bertanya ibunya.
“Laah.., tidak usahlah Buuu…, agar Mas Firman nemenin Ayah serta Ibu, wong tidak lama saja kok”, sahut istriku sembari mengedipkan matanya ke arahku serta saya tahu apa maksud kedipan matanya itu, sedang ayahnya cuma berpesan pendek agar hati-hati di jalan karna cuma pergi dengan cucunya saja.
Tidak lama sesudah istriku pergi, Pak Buyungpun pamitan dengan istrinya serta saya, untuk pergi ke kebun apelnya yang tidaklah terlalu jauh dari tempat tinggalnya sembari memberikan kata-katanya,
“Nak Firman, bila kelak ingin bebrapa saksikan kebun, susul ayah saja kesana”.
Saat ini yang dirumah cuma tinggal saya serta ibu mertuaku yang tengah repot bersihkan meja makan. Untuk isi waktu sembari menanti saat yang pas untuk menggerakkan pekerjaan yang disuruh oleh istriku, kugunakan untuk membaca koran lokal di ruangan tamu.
Tak tahu telah berapakah lama saya membaca koran, yang tentu semua halaman telah kubaca semuanya serta mendadak saya dikejutkan dengan nada suatu hal yang jatuh serta dibarengi dengan nada mengaduh dari belakang, dengan pergerakan reflek saya selekasnya lari menuju belakang sembari berteriak,
“Buuu…, ada apa buuu? ”. Serta dari dalam kamar tidurnya kudengar nada ibu mertuaku seperti merintih.
“Nak Firman, tolooong Ibuuu”, serta saat kuhampiri nyatanya ibu mertuaku terduduk di lantai serta kelihatannya habis terjatuh dari bangku kecil di dekat almari baju sembari meringis serta mengaduh dan mengurut pangkal pahanya. Dan merta kuangkat ibu mertuaku ke atas tempat tidurnya yang cukup lebar serta kutidurkan sembari kutanya,
“Bagian mana yang sakit Buuu”, serta ibu mertuaku menjawab dengan muka meringis seperti menahan rasa sakit,
“Di sini.., sembari mengurut pangkal paha kanannya dari luar rok yang dipakainya”.
Tanpa ada permisi lantas kubantu mengurut paha ibu mertuaku sembari kembali kutanya,
“Buuu…, apa ada sisi beda yang sakit..?
“Nggak ada kok Firman, hanya di selama paha kanan ini ada rasa sakit sedikit.. ”, jawabnya.
“Ooh…, iya nak Firman, tolong ambilkan minyak kayu putih di kamar ibu, agar paha ibu merasa panas serta hilang sakitnya”.
Saya selekasnya mencari minyak yang disebut di meja rias serta alangkah kagetku saat saya kembali dari ambil minyak kayu putih, kulihat ibu mertuaku sudah membuka roknya ke atas hingga ke-2 pahanya tampak terang, putih serta mulus. Saya tertegun sesaat di dekat tempat tidur karna lihat panorama ini serta mungkin saja karna lihat keragu-raguanku ini serta tertegun dengan mataku tertuju ke arah paha beliau, ibu mertuaku segera saja berkata,
“Ayooo.. lah nak Firman, tidak usah bebrapa sangsi, kaki ibu merasa sakit sekali ini lho, sekali lagi juga dengan ibu mertua sendiri saja kok pakai sungkan sungkan…, tolong di urutkan paha ibu namun tidak usah gunakan minyak kayu putih itu…, ibu takut kelak jadi paha ibu jadi kepanasan. ”
Dengan perasaan penuh kesangsian, kuurut bebrapa perlahan paha kanannya yang tampak ada tanda agak merah memanjang yang mungkin saja pada saat terjatuh barusan terserang bangku yang dinaikinya seraya kutanya,
“Bagaimana Buuu…, apa sisi ini yang sakit..? ”
“Betul Nak Firman, yaa yang ituuu…, tolong urutkan yang agak keras sedikit dari atas ke bawah”, serta dengan taat selekasnya saja kuikuti keinginan ibu mertuaku.
Sesudah sebagian waktu kuurut pahanya yang tuturnya sakit itu dari bawah ke atas, sembari pejamkan matanya, ibu mertuaku berkata kembali,
“Nak Firman, tolong agak ke atas sedikit ngurutnya”,
Sembari menarik roknya lebih ke atas hingga beberapa celana dalamnya yang berwarna merah muda serta tidak tebal itu tampak terang serta membuatku jadi tertegun serta gemetar tak tahu mengapa, terlebih vagina ibu mertuaku itu tampak mengembung dari luar CD-nya serta terdapat banyak helai bulu vaginanya yang keluar dari samping CD-nya.
“Ayoo…, doong…, Nak Firman, kok ngurutnya jadi berhenti”, kata ibu mertuaku hingga membuatku tersadar.
“Iii…, yaa…, Buuu maaf, tapi…, Buuu”, jawabku agak terbata-bata serta tanpa ada merampungkan perkataanku karna agak sangsi.
“Aah… mengapa sich Nak Firman..? ” kata ibu mertuaku kembali sembari tangan kanannya memegang tangan kiriku dan menggoncangnya perlahan.
“Buuu…, Saa…, yaa…, saayaa”, sahutku tanpa ada sadar serta tidak paham apa yang perlu kukatakan, namun yang tentu penisku jadi makin tegang karna lihat sisi CD ibu mertuaku yang menggelembung dibagian tengahnya.
“Nak Firman.. ”, tuturnya lirih sembari menarik tangan kiriku.
Kuikuti saja tarikan tangannya tanpa ada prasangka yang bebrapa bukanlah, serta sesudah tanganku diciumnya dan digeser geserkan di bibirnya, lantas dengan tidak kuduga tanganku ditempatkan pas diatas vaginanya yang masih tetap tertutup CD serta tetaplah dipegangnya sembari dipijat-pijatkannya dengan perlahan-lahan ke vaginanya dibarengi dengan desis nada ibu mertuaku,
“ssshh…, ssshh”. Peristiwa yg tidak kuduga serupa sekali ini demikian mengagetkanku serta dengan tidak sadar saya berguman agak keras.
“Buuu…, Saa…yaa”, serta belum juga pernah saya merampungkan kata-kataku, dari mulut ibu mertuaku terdengar,
“Nak Firman, koook seperti anak kecil saja.., siiih? ”.
“Buu…, Saa…, yaa…, takuuut bila kelak ayah datang”, sahutku gemetar karna memanglah waktu itu saya takut benar, sembari coba menarik tanganku namun tangan ibu mertuaku yang tetap masih memegang tanganku, menahannya serta bahkan juga makin menghimpit tanganku ke vaginanya dan berkata perlahan,
“Nak Firman, Ayah pulang untuk makan siang senantiasa jam 1 siang nanti…, tolong Ibuuu…, naak”, terdengar seperti mengiba.
“Ayooo…lah Nak Firman, tolongin Ibuuu…, Naak”, kudengar ibu mertuaku mengiba kembali hingga membuatku tersadar serta tahu-tahu ibu mertuaku sudah memelukku.
“Buuu…, agar saya kunci pintunya dahulu, yaa..? ”, pintaku karna saya kuatir bila kelak ada orang masuk, namun ibu mertuaku jadi menjawab,
“Nggak usah naak…, sampai kini tidak sempat ada orang pagi-pagi ke tempat tinggal Ibu”, dan selalu mencium bibirku dengan bernafsu hingga saya sedikit kerepotan untuk bernafas.
Makin lama ibu mertuaku lebih tambah agresif saja, sembari tetaplah menciumiku, tangannya berupaya melepas kaos oblong yang kukenakan serta sesudah berhasil melepas kaosku dengan gampang dibarengi dengan bunyi nafasnya yang terdengar berat serta cepat, ibu mertuaku selalu mencium muka dan bibirku serta perlahan ciumannya bergerak ke arah leher dan lalu ke arah dadaku.
Ciuman untuk ciuman ibu mertuaku ini sudah pasti membuatku jadi makin bernafsu serta ketakutanku yang tadipun telah tidak teringat sekali lagi.
“Buuu…, bisa saya bukaa…, rok Ibu..? tanyaku minta izin.
“Firman, bol…, eh…, boleh…, Nak, Nak Firman, bisa kerjakan apa sajakah.. ”, tuturnya dengan nada terputus-putus serta selalu kembali menciumi dadaku dengan nafasnya yang cepat serta saat ini jadi berupaya melepas kancing celana pendek yang berada di tubuhku.
Sesudah rok ibu mertuaku lepas, lantas kulepaskan juga kaitan BH-nya serta tersembulah payudaranya yg tidak demikian besar serta telah agak menggelantung ke bawah dengan puting susunya yang besar kecoklatan. Sembari kuusapkan ke-2 tanganku ke sisi bawah payudaranya lantas kutanyakan,
“Buuu…, bisa saya pegang serta ciumi payudara, Ibuu..? ”
“Bool… eh…, boleh…, sayang.., kerjakan apa sajakah yang Nak Firman ingin.., Ibu telah lama sekali tidak memperoleh ini sekali lagi dari bapakmu…, ayoo.., sayaang”, sahut ibu mertuaku dengan nada terbata-bata sembari mengangkat dadanya serta perlahan kupegang ke-2 payudara ibu mertuaku serta satu diantara puting susunya segera kujilati serta kuhisap-hisap, dan bebrapa perlahan kudorong badan ibu mertuaku hingga jatuh tertidur di kasur serta dari mulut ibu mertuaku terdengar,
“Ssssshh…, aahh.., sayaang…, ooohh…, teruuus…, yaang…, tolong puasiiin Ibuu…, Naak”, serta nada ibu mertuaku yang terdengar menghiba itu menjadikanku makin terangsang serta saya telah lupa bila yang kugeluti ini yaitu ibu mertuaku sendiri serta ibu dari istriku.
“Naak Firman”, kudengar nada ibu mertuaku yang tengah meremas-remas rambut di kepalaku dan menciuminya,
“Ibuu…, menginginkan lihat punyamu…, Naak”, seraya tangannya berupaya memegang penisku yang masih tetap tertutup celana pendekku.
“Iyaa…, Buu…, saya buka celana dahulu Buuu”, sahutku sesudah kuhentikan hisapanku pada payudaranya dan selekasnya saja saya bangkit serta duduk di dekat muka ibu mertuaku.
Selekasnya saja ibu mertuaku memegang penisku yang tengah berdiri tegang dari luar celana serta berkomentar,
“Nak Firman…, besar betuuul…, serta keras sekali lagi, ayooo…, dong cepaat.., di buka celananya…, supaya Ibu dapat memandangnya lebih jelas”, tuturnya seperti telah tidak sabar sekali lagi, serta tanpa ada diminta ibu untuk ke-2 kalinya, segera saja kulepas celana pendek yang kukenakan.
Saat saya buka CD-ku dan lihat penisku berdiri tegang ke atas, segera saja ibu mertuaku berteriak kecil,
“Aduuuh…, Firman, besaar sekali”, walau sebenarnya menurut anggapanku ukuran penisku kelihatannya lumrah saja menurut ukuran orang Indonesia namun mungkin saja saja semakin besar dari miliki suaminya serta ibu mertuaku segera saja memegangnya dan mengocoknya bebrapa perlahan hingga tanpa ada kusadari saya keluarkan desahan kecil,
“ssshh…, aahh”, sembari ke-2 tanganku kuusap-usapkan di muka serta rambutnya.
“Aduuuh…, Buuu…, sakiiit”,
Teriakku perlahan saat ibu mertuaku berupaya menarik penisku ke arah berwajah, serta mendengar yang dirasakanku itu selekasnya saja ibu mertuaku melepas tarikannya serta memiringkan tubuhnya dan mengangkat separuh tubuhnya yang ditahan oleh tangan kanannya serta lalu mendekati penisku.
Sesudah mulutnya dekat dengan penisku, segera saja ibu mertuaku keluarkan lidahnya dan menjilati kepala penisku sedang tangan kirinya meremas-remas perlahan ke-2 bolaku, sedang tangan kiriku kugunakan untuk meremas-remas rambutnya dan sekalian untuk menahan kepala ibu mertuaku. Tangan kananku kuremas-remaskan pada payudaranya yang bergantung ke samping.
Sesudah sekian kali kepala penisku dijilatinya, bebrapa perlahan kutarik kepala ibu mertuaku supaya dapat lebih dekat sekali lagi ke arah penisku serta rupanya ibu mertuaku cepat tahu apa yang kumaksud serta meskipun tanpa ada kalimat segera saja kepalanya didekatkan ikuti tarikan ke-2 tanganku serta sembari memegangi batang penisku dan dengan cuma buka mulutnya sedikit, ibu mertuaku dengan bebrapa perlahan memasukkan penisku yang telah basah oleh air liurnya hingga 1/2 batang penisku masuk kedalam mulutnya.
Kurasakan lidah ibu mertuaku dipermainkannya serta digesek-gesekannya pada kepala penisku, kemudian kepala ibu ditariknya mundur bebrapa perlahan serta kembali dimajukan hingga penisku merasa begitu nikmat. Karna tidak tahan menahan kesenangan yang di beri ibu mertuaku, saya jadi mendesis,
“Sssshh…, aacccrrr…, ooohh”, ikuti irama maju mundurnya kepala ibu.
Semakin lama pergerakan kepala ibu mertuaku maju mundur makin cepat serta ini menaikkan nikmat bagiku. Sebagian menit lalu, ibu mertuaku dengan mendadak melepas penisku dari mulutnya, walau sebenarnya saya masih tetap menginginkan hal semacam ini selalu berjalan serta sembari kembali menyimpan kepalanya ditempat tidur, dia menarik bahuku untuk mengikutinya. Ibu segera mencium wajahku serta saat ciumannya menghadap ke telingaku, kudengar ibu berkata dengan agak berbisik,
“Naak Firman, Ibu juga kepingin miliki ibu dijilati”, serta sembari kunaiki badan ibu mertuaku lantas kutanyakan,
“Buuu…, apa boleh…, saya kerjakan? ”, serta selekasnya saja ibu menjawabnya,
“Nak Firman, tolong pegang serta jilati milik ibu…, naak…, ibu telah lama kepingin di gituin”.
Tanpa ada menghabiskan waktu lebih lama sekali lagi, saya turunkan tubuhku dengan perlahan serta saat melalui dadanya kembali kuciumi dan kujilati payudara ibu mertuaku yang telah tidaklah terlalu keras sekali lagi, sesudah sebagian waktu kuciumi payudara ibu, saya selekasnya turunkan tubuhku sekali lagi dengan perlahan-lahan sedang ibu mertuaku meremas-remas rambutku, juga merasa seperti berupaya mendorong kepalaku supaya cepat-cepat hingga ke bawah.
Kuciumi serta kujilati perut serta pusar ibu sembari satu diantara tanganku kugunakan untuk turunkan CD-nya. Lalu dengan cekatan ku terlepas CD-nya serta kulemparkan ke atas lantai. Kulihat vagina ibu mertuaku demikian lebat ditumbuhi bulu-bulu yang hitam mengelilingi liang vaginanya. Mungkin saja karna sangat lama saya menjilati perut serta sekelilingnya.
Kembali kurasakan tangan ibu yang berada di kepalaku menghimpit ke bawah serta kesempatan ini kuikuti dengan turunkan tubuhku bebrapa perlahan ke bawah serta sesampainya di dekat vaginanya, kuciumi daerah di sekelilingnya serta apa yang kulakukan ini mungkin saja mengakibatkan ibu tidak sabaran sekali lagi, hingga kudengar nada ibu mertuaku,
“Buuu, sebentar lagi…, sayaa…, sudaah…, ingin keluaar”, sembari kupercepat penisku keluar masuk vaginanya serta mungkin saja karna mendengar saya telah mendekati klimaks, ibu mertuakupun makin percepat pergerakan pinggulnya dan mempererat cengkeraman tangannya di punggungku seraya berkata,
“Firman, teruuuss…, Naak…, Ibuuu…, jugaa…, telah dekat, ooohh…, ayooo Firman, semprooot Ibuu dengan airmuu…, sekaraang”.
“Iyaa…, Buuu…, tahaan”, sembari kutekan pantatku kuat-kuat serta kami mengakhiri teriakan itu dengan berpelukan begitu kuat dan tetaplah kutekan penisku dalam-dalam ke vagina ibu mertuaku. Dalam klimaksnya merasa vagina ibu memijat penisku dengan kuat serta kami selalu terdiam dengan nafas terengah-engah.
Sesudah nafas kami berdua agak teratur, lantas kucabut penisku dari dalam vagina ibu serta kujatuhkan tubuhku dan kutarik kepala ibu mertuaku serta kuletakkan di dadaku. Sesudah nafasku mulai teratur kembali serta kuperhatikan nafas ibupun demikian, saya jadi ingat juga akan pekerjaan yang didapatkan dari istriku.
“Buuu…, apa ini yang mengakibatkan ibu senantiasa sebagian geram pada Ayah..? ”, tanyaku.
“Mungkin saja Firman, mengapa Firman? ”, Sahutnya sembari tersenyum serta mencium pipiku.
“Buuu…, bila benar, tolong ibu kurangi sebagian geramnya pada Ayah, kasihan dia”, ibu cuma diam serta seperti berpikir.
Sesudah diam sebentar lantas kukatakan,
“Buuu…, telah siang lho, seraya kubangunkan badan ibu dan kubimbing ke kamar mandi.
Sesudah momen ini berlangsung, ibu sering berkunjung ke tempat tinggal kami dengan argumen kangen cucu serta anaknya Mur, namun sebenarnya ibu mertuaku senantiasa mengontakku lewat telepon di kantor serta memohon jatahnya di satu motel, sebelumnya menuju ke rumahku. Untungnya hingga saat ini Istriku tidak berprasangka buruk, cuma saja dia terasa aneh, karna tiap-tiap bulannya ibunya senantiasa mengunjung tempat tinggal kami.
Agen Poker Terpercaya & Tanpa Robot ( 100% Member Vs Member )
Tersedia Games : Poker Online, Domino 99, BandarQ, Bandar Poker, Adu Q, Capsa Susun, Dan Sakong
Cukup 1 ID Sudah Dapat Memainkan 7 Games
Untuk DAFTAR silahkan klik link ini :
HOT PROMO !!!
* PROMO BONUS TURNOVER 0.5%
* PROMO BONUS REFERAL 20%
* MINIMAL DEPOSIT RP 20.000
Info Lebih Lanjut Hub:
* Website : WWW.HITSDOMINO.ORG
* Pin BBM : D86DAFAF
* Yahoo : hitsdomino@yahoo.com
* baca juga artikelnya : http://ceritasexdewasa168.blogspot.com
* baca juga artikelnya : http://www.webpokermas.blogspot.com
* baca juga artikelnya : http://hiburandewasa88.blogspot.com








Tidak ada komentar:
Posting Komentar