Agen Poker Agen Poker

Agen Ceme Agen Domino99 Terpercaya>

HitsDomino

Jumat, 22 September 2017

Cerita Sex Dewasa-Benar-Benar Super Hot Banget Tante Ku yang Cantik Dan Masik Perawan

 https://ceritasexdewasa168.blogspot.com/2017/09/cerita-sex-dewasa-benar-benar-super-hot.html

Kehidupan serta style hidupku & bapak betul-betul beralih 180 derajat. Saat ini bapak seringkali bepergian ke luar negeri dengan ibu, serta saya seringkali ditinggal dirumah sendiri dengan pembantu. Argumen saya ditinggal mereka karna saya masih tetap mesti sekolah.

Ibu seringkali mengundang rekan-rekan lamanya bermain dirumah. Satu diantara rekannya bernama tante Ani. Tante Ani waktu itu cuma 15 th. lebih tua dariku. Harusnya dia layak saya panggil kakak dari pada tante, karna berwajah yang masih tetap tampak seperti orang berusia 20 tahunan. Tanti Ani yaitu pelanggan tetaplah salon kecantikan ibu, serta lalu jadi sahabat ibu.
Pada narasi seks saat ini menceritakan mengenai pengalaman rekanku yang berhasil nikmati badan seseorang tante girang bernama ani. Silakan di baca narasi dewasa tante girang sedetailnya berikut ini.

Mulai sejak sesudah menikah, ibu tinggal dirumah kecil kami sebagian bulan sembari menanti bangunan tempat tinggal baru mereka usai. Lagi-lagi, tempat tinggal baru mereka tidak jauh dari bengkel bapak. Bapak menampik tinggal dirumah tante Tina karna argumen pribadi bapak. Sesudah banyak process yang dikerjakan pada bapak serta ibu, pada akhirnya bengkel tempat bapak bekerja, saat ini jadi punya bapak serta ibu seutuhnya.

Bapak sempat memohon pada ibu supaya dia menginginkan tetaplah bisa bekerja di bengkel, serta jelas saja bengkel itu segera ibu putuskan untuk dibeli saja. Maklum ibu yaitu ‘business-minded person’. Saya makin sayang dengan ibu, karna selanjutnya harapan bapak untuk mempunyai bengkel sendiri terkabulkan. Saat ini bengkel bapak semakin besar sesudah ibu turut bertindak besar disana. Banyak perbaikan yang mereka kerjakan yang buat bengkel bapak terlihat lebih menarik.

Pelanggan bapak semakin tambah, serta kesempatan ini banyak dari kelompok beberapa orang kaya. Bapak tidak memecat pegawai-pegawai lama disana, jadi menambah upah mereka serta memperlakukan mereka seperti waktu dia diperlakukan oleh yang memiliki bengkel yang lama.

Muka tante Ani termasuk cantik dengan kulitnya yang putih bersih. Dadanya tidak demikian besar, namun pinggulnya indah bukanlah main. Maklum anak orang kaya yang menyukai tandang ke salon kecantikan. Tante Ani seringkali main ke tempat tinggal serta kadang waktu bercakap atau issu dengan ibu berjam-jam. Seringkali tante Ani keluar dengan kami sekeluarga untuk nonton bioskop, window shopping atau ngafe di mall.

Saya sempat pernah ajukan pertanyaan mengenai kehidupan pribadi tante Ani. Ibu menceritakan kalau tante Ani itu tidaklah janda cerai atau janda apalah. Namun tante Ani pernah menginginkan menikah, namun nyatanya pihak dari lelaki mengambil keputusan untuk akhiri pernikahan itu. Argumen-nya tidak diterangkan oleh ibu, karna mungkin saja saya masih tetap sangat muda untuk tahu beberapa hal begini.

Disuatu hari bapak serta ibu bebrapa sekali lagi cabut dari tempat tinggal. Namun kesempatan ini mereka tidak ke luar negeri, namun cuma bepergian ke kota Bandung saja sepanjang akhir minggu. Lagi-lagi cuma saya serta pembantu saja yang tinggal dirumah. Waktu itu saya menginginkan sekali kabur dari tempat tinggal, serta bermalam dirumah rekan. Mendadak bel tempat tinggal berbunyi serta saat itu masih tetap jam 5 : 30 sore di hari Sabtu. Bapak serta ibu baru 1/2 jam waktu lalu pergi ke Bandung. Saya fikir mereka kembali pada tempat tinggal ambil barang yang ketinggal.

Pada saat pintu tempat tinggal di buka oleh pembantu, nada tante Ani menyapanya. Saya cuma duduk bermalas-malasan di sofa ruangan tamu sembari nonton acara TV. Mendadak saya disapanya.

“Bernas kok ngga turut ayah ibu ke Bandung? ” bertanya tante Ani.
“Kalo ke Bandung sich Bernas malas, tante. Jika ke Singapore Bernas ingin turut. ” jawabku enjoy.
“Yah kapan-kapan saja turut tante ke Singapore. Tante ada apartment disana” tungkas tante Ani.
Saya juga cuma menjawab apa yang ada “Ok deh. Nanti kita pigi bebrapa ramai saja. Tante ada butuh apa dengan ibu? Nyusul saja ke Bandung jika perlu. ”.
“Kagak ada sich. Tante hanya ingin ajak mamamu makan saja. Yah saat ini tante bakalan makan sendirian nih. Bernas ingin ngga temanin tante? ”.
“Emang tante ingin makan dimana? ”
“Tante sich mikir Pizza Hut. ”
“Males ah ogut jika Pizza Hut. ”
“Trus Bernas maunya ingin makan apa? ”
“Makan di Muara Karang saja tante. Di sono kan beberapa pilihan, nanti kita tentukan saja yang kita ingin. ”
“Oke deh. Ingin cabut jam berapakah? ”
“Entaran saja tante. Bernas masih tetap belon laper. Jam 7 saja pergi. Tante duduk saja dahulu. ”

Kami berdua nonton bersebelahan di sofa yang empuk. Sore itu tante Ani kenakan baju yang lumayan sexy. Dia menggunakan rok ketat hingga 10 cm diatas lutut, serta atasannya menggunakan baju berwarna orange muda tanpa ada lengan dengan sisi dada atas terbuka (kurang lebih pada 12 hingga 15cm kebawah dari pangkal lehernya). Kaki tante Ani putih mulus, tidak ada bulu kaki 1 helai juga. Mungkin saja karna dia rajin bersalon ria di salon ibu, sekurang-kurangnya satu minggu 2 kali. Sisi dada atasnya juga putih mulus. Kami nonton TV dengan acara/channel seadanya saja sembari menanti hingga jam 7 malam. Kami juga terkadang bercakap enjoy, umumnya tante Ani sukai ajukan pertanyaan mengenai kehidupan sekolahku hingga bertanya mengenai kehidupan cintaku di sekolah. Saya menyebutkan pada tante Ani kalau saya waktu itu masih tetap belum juga ingin terikat dengan problem percintaan zaman SMA. Jika naksir sich ada, hanya saya tidaklah sampai mengganggap sangat serius.

Makin lama kami berbincang-bincang, badan tante Ani makin mendekat ke arahku. Bau minyak wangi Chanel yg dia gunakan mulai tercium terang di hidungku. Namun saya tidak memiliki fikiran apa-apa waktu itu.

Mendadak tante Ani berkata, “Bernas, anda sukai dikitik-kitik ngga kupingnya? ”.
“Huh? Mana enak? ” tanyaku.
“Mau tante kitik kuping Bernas? ” tante Ani tawarkan/
“Hmmm…boleh saja. Ingin pakai cuttonbud? ” tanyaku lagi.
“Ga usah, pakai bulu kemucing itu aja” tundas tante Ani.
“Idih jorok nih tante. Itu kan kotor. Setelah buat bersih-bersih ama mbak. ” jawabku spontan.
“Alahh sok bersihan anda Bernas. Kan hanya ambillah 1 helai bulunya saja. Lagian anda masih tetap belum juga mandi kan? Jorok mana hayo! ” tangkas tante Ani.
“Percaya tante deh, anda tentu suka. Sini baring kepalanya di paha tante. ” lanjutnya.

Seperti sapi dicucuk hidungnya, saya menurut saja dengan tingkah polah tante Ani. Nyatanya memanglah benar ada, telinga ‘dikitik-kitik’ dengan bulu kemucing betul-betul enak tidak ada tara. Baru kali itu saya rasakan nikmatnya, terasanya nyaman serta ingin tidur saja jadinya. Serta memanglah benar, saya jadi tertidur sampai hingga jam telah tunjukkan jam 7 lewat. Nada lembut membisikkan telingaku.

“Bernas, bangun yuk. Tante dah laper nih. ” kata tante.
“Erghhhmmm … jam berapakah saat ini tante. ” tanyaku dengan mata yang masih tetap 1/2 terbuka.
“Udah jam 7 lewat Bernas. Mari bangun, tante dah laper. Anda dari barusan asik tidur tinggalin tante. Jika dah enak jadi lupa orang anda yah. ” kata tante sembari mengelus lembut rambutku.
“Masih ngantuk nih tante … makan dirumah saja yah? Suruh mbak masak atau beli mie ayam di dekat sini. ”
“Ahhh ogah, tante ingin berjalan-jalan juga kok. Bosen dari barusan bengong disini. ”
“Oke oke, kasih Bernas lima menit sekali lagi deh tante. ” mintaku.
“Kagak bisa. Tante dah laper banget, ingin pingsan dah. ”

Sembari malas-malasan saya bangun dari sofa. Kulihat tante Ani tengah membetulkan tempat roknya kembali. Alamak style tidurku kok buruk sekali sich bebrapa sampai rok tante Ani terungkap tinggi banget. Bermakna dari barusan saya tertidur diatas paha mulus tante Ani, demikianlah saya berfikir. Ada rasa suka juga didalam hati.

Sesudah membersihkan muka, ganti baju, kita berdua berpamitan pada pembantu tempat tinggal bila kita juga akan makan keluar. Saya berpesan pada pembantu supaya janganlah menanti saya pulang, karna saya percaya kita tentu akan lama. Jadi saya membawa kunci tempat tinggal, untuk berjaga-jaga jika pembantu tempat tinggal telah tertidur.

“Nih anda yang setir mobil tante dong. ”
“Ogah ah, Bernas hanya ingin setir Baby Benz tante. Jika yang ini males ah. ” candaku. Saat itu tante Ani membawa sedan Honda, bukanlah Mercedes-nya.
“Belagu banget anda. Jika ngga ingin setir ini, bawa itu Benz-nya ibu. ” balas tante Ani.
“No way … dapat digantung ogut ama ayah ibu. ” jawabku.
“Iya telah jika gitu setir ini dong. ” jawab tante Ani sembari tertawa kemenangan.

Mobil melaju menyusuri berjalan-jalan kota Jakarta. Tante Ani seperti bebek saja, ngga sempat stop ngomong and issuin beberapa rekannya. Saya jemu banget yang mendengar. Dari yang narasi pacar beberapa rekannya lah, sampai ke bekas tunangannya. Sesampai di daerah Muara Karang, saya mengambil keputusan untuk makan bakmi bebeknya yang tersohor disana. Untung tante Ani tidak memprotes dengan pilihan saya, mungkin saja karna telah sangat lapar dia.

Sesudah makan, kita singgah ke tempat main bowling. Setelah main bowling tante Ani mengajakku singgah ke tempat tinggalnya. Tante Ani tinggal sendiri di apartemen di lokasi Taman Anggrek. Dia mengambil keputusan untuk tinggal sendiri karna argumen pribadi juga. Bapak serta ibu tante Ani sendiri tinggal di Bogor. Waktu itu saya tidak tau apa pekerjaan keseharian tante Ani, yang tante Ani tidak sempat terasa kekurangan materi.

Apartemen tante Ani lumayan bagus dengan tata interior yang classic. Disana tak ada siapapun juga yang tinggal disana terkecuali tante Ani. Jadi saya dapat maklum jika tante Ani seringkali keluar tempat tinggal. Tentu jemu jika tinggal sendiri di apartemen.

“Anggap tempat tinggal sendiri Bernas. Janganlah malu-malu. Bila ingin minum ambillah saja sendiri yah. ”
“Kalo demikian, Bernas ingin yang ini. ” sembari menunjuk botol Hennessy V. S. O. P yang masih tetap disegel.
“Kagak bisa, masih tetap di bawah usia anda. ” hindari tante Ani.
“Tapi Bernas dah usia 17 th.. Harusnya ngga problem” jawabku dengan punya maksud membela diri.
“Kalo anda memaksa yah telah. Namun janganlah buka yang baru, tante miliki yang telah di buka botolnya. ”.

Mendadak nada tante Ani menghilang di balik master bedroomnya. Saya menganalisa ruang sekelilingnya. Banyak lukisan-lukisan dari dalam serta luar negeri terpampang pada dinding. Lukisan dalam negerinya banyak yang bergambarkan beberapa muka cantik gadis-gadis Bali. Lukisan yang berbobot tinggi, serta saya percaya tentu bukanlah barang yang murahan.

“Itu tante beli dari seniman lokal saat tante ke Bali th. lalu” kata tante Ani memecahkan situasi hening terlebih dulu.
“Bagus tante. High taste banget. Tentu mahal yah?! ” jawabku mengagumi akan.
“Ngga juga sich. Namun tante tidak sempat menawar harga dengan seniman itu, karna seni itu mahal. Jika tante tidak pas dengan harga yang dia menawarkan, tante pergi saja. ”

Saya masih tetap menyibukkan diri mencermati lukisan-lukisan yang ada, serta tante Ani tidak jemu menerangkan makna dari lukisan-lukisan itu. Tante Ani nyatanya mempunyai kecintaan tinggi pada seni lukis.

“Ok deh. Jika demikian Bernas ingin pamit pulang dahulu tante. Dah nyaris jam 11 malam. Tante istirahat saja dahulu yah. ” kataku.
“Ehmmm … tinggal dahulu saja disini. Tante juga masih tetap belum juga ngantuk. Temanin tante bentar yah. ” mintanya sedikit memohon.

Saya juga terasa kasihan dengan kondisi tante Ani yang tinggal sendiri di apartemen itu. Jadi saya mengambil keputusan untuk tinggal 1 atau 2 jam sekali lagi, hingga kelak tante Ani telah menginginkan tidur.

“Kita main UNO yuk?! ” ajak tante Ani.
“Apa itu UNO?! ” tanyaku penasaran.
“Walah anda ngga sempat main UNO yah? ” bertanya tante Ani. Saya cuma menggeleng-gelengkan kepala.
“Wah anda kampung boy banget sich. ” canda tante Ani. Saya cuma menempatkan terlihat cemburut canda.

Tante Ani masuk ke kamarnya sekali lagi untuk membawa kartu UNO, serta lalu masuk ke dapur untuk menyiapkan sajian dengan minuman. Tante Ani membawa kacang mente asin, satu gelas wine merah, serta 1 gelas Hennessy V. S. O. P on rock (pakai es batu). Sesudah mengajari saya langkah bermain UNO, kamipun mulai bermain-main enjoy sembari makan kacang mente. Hennesy yang saya teguk betul-betul keras, serta baru 2 atau 3 teguk tubuhku merasa panas sekali. Saya umumnya cuma diberi 1 sisip saja oleh bapak, namun ini skrg saya minum sendirian.

Kepalaku merasa berat, serta mukaku panas. Lihat peristiwa ini, tante Ani jadi tertawa, serta menyebutkan kalau saya bukanlah bakat peminum. Jelas saja, ini baru pertama kalinya saya minum 1 gelas Hennessy sendirian.

“Tante, anterin Bernas pulang yah. Kepala ogut rada berat. ”
“Kalo gitu stop minum dahulu, agar ngga lebih pusing. ” jawab tante Ani.

Saya terasa tante Ani berupaya menghindarku untuk pulang ke tempat tinggal. Namun bebrapa sekali lagi, saya seperti sapi dicucuk hidung-nya, apa yang tante Ani minta, saya senantiasa menyepakatinya. Lihat tingkahku yang menyukai menurut, tante Ani mulai tampak lebih berani sekali lagi. Dia mengajakku main kartu umum saja, karna bermain UNO kurang seru bila cuma berdua. Paling pas untuk bermain UNO itu berempat.

Namun permainan kartu ini jadi lebih seru sekali lagi. Tante mengajak bermain blackjack, siapa yang kalah mesti menuruti keinginan pemenang. Namun lalu tante Ani ralat jadi ‘Truth & Dare’ game. Permainan kami jadi seru serta selalu jelas saja tante Ani begitu nikmati permainan ‘Truth & Dare’, serta dia sportif jika dia kalah. Pertama-tama apabila saya menang dia senantiasa memohon hukuman dengan ‘Truth’ punishment, lama-lama saya jadi makin berani bertanya yang bebrapa bukanlah. Demikian sebaliknya dengan tante Ani, dia lebih sukai memaksa saya untuk pilih ‘Dare’ supaya dia dapat lebih leluasa mengerjaiku. Dari yang diminta pushup 1 tangan, menari balerina, menelan es batu seukuran bakso, dan sebagainya. Mungkin saja juga tak ada pointnya buat tante Ani bertanya the ‘Truth’ mengenai diriku, karna kehidupanku tampak lurus-lurus saja menurut dia.

Ini yaitu juga peluang untuk menggali the ‘Truth’ mengenai kehidupan pribadinya. Saya juga heran mengapa saya jadi tertarik untuk mencari tahu kehidupannya yang begitu pribadi. Awal mula saya ajukan pertanyaan mengenai bekas tunangannya, mengapa hingga batal pernikahannya. Hingga pertanyaan yang menjurus ke sex misalnya kapan pertama kalinya dia kehilangan keperawanan. Semua tanpa ada bebrapa sangsi tante Ani jawab semuanya pertanyaan-pertanyaan pribadi yang saya lontarkan.

Saat ini permainan kami makin wild serta berani. Tante Ani menyarankan untuk menggabungkan ‘Truth & Dare’ dengan ‘Strip Poker’. Saya juga makin bergairah serta menyepakati saja saran tante Ani.

“Yee, tante menang sekali lagi. Mari terlepas satu yang melekat di tubuh anda. ” kata tante Ani dengan senyum kemenangan.
“Jangan senang dahulu tante, kelak giliran tante yang kalah. Janganlah nangis loh yah jika kalah. ” jawabku sembari melepas kaus kakiku.

Selang sebagian lama … “Nahhh, kalah sekali lagi … kalah sekali lagi … terlepas sekali lagi … terlepas sekali lagi. ”. Tante Ani terlihat senang sekali. Lalu saya melepas kalung emas pemberian ibu yang saya gunakan.

“Ha ha ha … two pairs, miliki tante one pair. Yes yes … tante kalah saat ini. Mari terlepas lepas …” candaku sembari tertawa senang.
“Jangan senang dahulu. Tante terlepas anting tante. ” jawab tante sembari melepas anting-anting yang dipakainya.

Saya semakin bernapsu untuk bermain. Mungkin saja bernapsu untuk lihat tante Ani bugil juga. Saya ingin sekali menang selalu.

“Full house … yeahhh … kalah sekali lagi tante. Mari terlepas … mari terlepas …”. Saya saat ini menari-nari senang.
Tampak tante Ani melepas jepit rambut merahnya, serta saya selekasnya saja memprotes “Loh, curang kok terlepas yang itu? ”.
“Loh, kan ketentuannya terlepas semua yang melekat di badan. Jepit tante kan nempel di rambut serta rambut tante menempel di kepala. Jadi masih tetap dipandang melekat dong. ” jawabnya membela.

Saya rada gondok mendengar pembelaan tante Ani. Namun itu jadikan darahku naik-turun lebih deras sekali lagi.

“Straight … Bernas … One Pair … Yes tante menang. Mari terlepas! Janganlah malu-malu! ” seru tante Ani girang. Saya juga selekasnya melepas jaket saya yang gunakan. Untung saya senantiasa menggunakan jaket tidak tebal agar keluar malam. Lihatlah pembalasanku, kataku dalam hati.

“Bernas Three kind … tante … one pair … ahhh … bebrapa sekali lagi tante kalah” sindirku sembari tersenyum. Serta tanpa ada di beri aba-aba serta tanpa ada malu-malu, tante melepas baju atasannya. Saya serentak menelan ludah, karna baju atasan tante sudah lepas serta saat ini yang tampak cuma BH putih tante. Belahan payudara-nya tampak terang, putih bersih. Bernas junior dengan serentak segera menegang, serta ke-2 mataku terpaku di daerah belahan dadanya.

“Hey, saksikan kartu dong. Janganlah simak disini. ” canda tante sembari menunjuk belahan dadanya. Saya kaget sembari tersenyum malu.

“Yes Full House, kesempatan ini tante menang. Mari buka … buka”. Terlihat tante Ani girang banget dapat dia menang. Kesempatan ini saya terlepas atasanku, serta saat ini saya terlanjang dada.
“Ck ck ck … pemain basket nih. Tubuh kekar serta hebat. Cobalah tunjukkan jika hokinya juga hebat. ” sindir tante Ani sembari tersenyum.
Sesudah menegak habis wine yang berada di gelasnya, tante Ani lalu beranjak dari tempat duduknya menuju ke dapur dengan kondisi dada 1/2 terlanjang. Selang beberapa saat tante Ani membawa sebotol wine merah yang masih tetap 3/4 penuh serta sebotol V. S. O. P yang masih tetap 1/2 penuh.
“Mari kita bergembira malam hari ini. Minum sepuas-puasnya. ” ucap tante Ani.
Kami sama-sama ber-tos ria serta lalu meneruskan kembali permainan strip poker kami.

 https://ceritasexdewasa168.blogspot.com/2017/09/cerita-sex-dewasa-benar-benar-super-hot.html

“Yesss … ” seruku dengan girangnya tandanya saya menang sekali lagi.
Tanpa ada diminta, tante Ani melepas rok mininya serta aduhaiii, kesempatan ini tante Ani cuma terliat kenakan BH serta celana dalam saja. Malam itu dia kenakan celana dalam yang kecil imut berwarna pink cerah. Tidak terlihat ada bulu-bulu pubis di sekitar selangkangannya. Saya pernah berfikir apakah tante Ani mencukur semuanya bulu-bulu pubisnya.

Muka tante Ani sedikit memerah. Kulihat tante Ani telah menegak setelah gelas winenya yang ke-2. Apakah dia punya niat untuk mabuk malam hari ini? Saya kurang sedikit peduli dengan hal tersebut. Saya cuma bernafsu untuk memenangi permainan strip poker ini, supaya saya dapat lihat badan terlanjang tante Ani.

“Yes, yes, yes …” senyum kemenangan terlukis indah di wajahku.

Tante Ani lalu memandangkan wajahku tak lama kemudian, serta berkata dengan suara genitnya “Sekarang Bernas tahan napas yah. Jangan pernah seperti kesetrum listrik loh”. Kesempatan ini tante Ani melepas BH-nya serta serentak jatungku menginginkan copot. Benar apa kata tante Ani, saya seperti terserang setrum listrik bertegangan tinggi. Dadaku sesak, susah bernapas, serta jantungku berdegup kencang. Berikut pertama kalinya saya lihat payudara wanita dewasa dengan terang dimuka mata. Payudara tante Ani benar-benar indah dengan putingnya yang berwarna coklat muda menantang.

“Aih Bernas, ngapain simak susu tante selalu. Tante masih tetap belum juga kalah keseluruhan. Ingin lanjut ngga? ” bertanya tante Ani. Saya cuma dapat menganggukkan kepala tandanya ‘iya’.
“Pertama kali simak susu cewek yah? Ketahuan nih. Basic genit anda. ” lebih tante Ani sekali lagi. Saya lagi cuma dapat mengangguk malu.

Saya jadi tidak berkonsentrasi bermain, mataku kerapkali melirik ke-2 payudaranya serta selangkangannya. Saya penasaran sekali ada apa di balik celana dalam pinknya itu. Tempat dimana menurut rekan-rekan sekolah yaitu surga dunia beberapa lelaki. Saya menginginkan sekali lihat memiliki bentuk serta jika dapat memegang atau meraba-raba.

Karena tidak berkonsentrasi main, kesempatan ini saya yang kalah, serta tante Ani memohon saya melepas celana yang saya gunakan. Saat ini saya terlanjang dada dengan cuma kenakan celana dalam saja. Tante Ani cuma tersenyum-senyum saja sembari menegak wine-nya sekali lagi. Saya berniat menampik tawaran tante Ani untuk menegak V. S. O. P-nya, dengan argumen takut pusing sekali lagi.

Karna kami berdua cuma tinggal 1 helai saja di badan kami, permainan kesempatan ini ada finalnya. Sesi pemilihan apakah tante Ani juga akan lihat saya terlanjang bulat atau demikian sebaliknya. Saya mengharapkan malam itu malaikat keberuntungan berpihak kepadaku.

Nyatanya keinginanku pupus, karna nyatanya malaikat keberuntungan berpihak pada tante Ani. Saya kecewa sekali, serta muka kekecewaanku terbaca terang oleh tante Ani. Pada saat saya juga akan melepas celana dalamku dengan malu-malu, mendadak tante Ani menghindarnya.
“Tunggu Bernas. Tante ngga ingin celana dalam mu dahulu. Tante ingin Dare Bernas dahulu. Ngga seru jika game-nya cepat habis seperti begini” kata tante Ani.
Sesudah meneguk wine-nya sekali lagi, tante Ani terdiam sesaat lalu tersenyum genit. Senyum genitnya ini lebih menantang dari pada yang sebelum-sebelumnya.
“Tante dare Bernas untuk … hmmm … cium bibir tante saat ini. ” tantang tante Ani.
“Ahh, yang bener tante? ” tanyaku.
“Iya bener, mengapa ngga ingin? Jijik ama tante? ” bertanya tante Ani.
“Bukan karenanya. Namun … Bernas belum juga sempat soalnya. ” jawabku malu-malu.
“Iya telah, jika gitu cium tante dong. Sekalian pelajaran pertama buat Bernas. ” kata tante Ani.

Tanpa ada berfikir ulang, saya mulai mendekatkan wajahku ke muka tante Ani. Tante Ani lalu pejamkan matanya. Pertamanya saya cuma tempelkan bibirku ke bibir tante Ani. Tante Ani diam sebentar, selang beberapa saat bibirnya mulai melumat-lumat bibirku perlahan. Saya mulai rasakan bibirku mulai basah oleh air liur tante Ani. Bau wine merah pernah tercium di hidungku.

Saya juga tidak ingin kalah, saya berupaya menandinginya dengan membalas lumatan bibir tante Ani. Maklum ini baru pertama, jadi saya berkesan seperti anak kecil yang tengah melumat-lumat ice krim. Tak lama kemudian, saya kaget dengan tingkah baru tante Ani. Tante Ani dengan serentak menjulurkan lidahnya masuk kedalam mulutku. Anehnya saya tidak terasa jijik sama sekali, jadi suka dibuatnya. Saya dapatkan lidahku dengan lidah tante Ani, serta saat ini lidah kami lalu sama-sama berperang didalam mulutku serta kadang-kadang juga didalam mulut tante Ani.

Kami sama-sama berciuman bibir serta lidah lebih kurang 5 menit lamanya. Nafasku telah tidak karuan, dah kupingku panas dibuatnya. Tante Ani seolah-olah nikmati benar ciuman ini. Nafas tante Ani juga masih tetap teratur, tak ada tanda sedikitpun bila dia tersangsang.

“Sudah cukup dahulu. Mari kita sambung sekali lagi pokernya” ajak tante Ani.

Saya juga mulai mengocok kartunya, serta fikiranku masih tetap terbayang waktu kita berciuman. Saya menginginkan lagi mencium bibir lembutnya. Kesempatan ini saya menang, serta jelas saja saya memohon jatah lagi berciuman dengannya. Tante Ani menurut saja dengan permintaanku ini, serta kami juga sama-sama berciuman sekali lagi. Namun kesempatan ini cuma sekitaran 2 atau 3 menit saja.

“Udah ah, janganlah ciuman selalu dong. Nanti Bernas jemu ama tante. ” candanya.
“Masih belon jemu tante. Nyatanya asik juga yah ciuman. ” jawabku.
“Kalo ciuman selalu kurang asik, jika ingin sich …” seru tante Ani lalu terputus. Kalimat tante Ani ini masih tetap menggantung bagiku, seolah-olah dia menginginkan menyebutkan suatu hal yang menurutku begitu perlu. Saya terbayang-bayang untuk bermain ‘gila’ dengan tante Ani malam itu.

Saya makin berani serta jadi sedikit tidak tau diri. Saya miliki perasaan jika tante Ani berniat untuk mengalah dalam bermain poker malam itu. Jelas saja saya menang sekali lagi kesempatan ini. Saya telah terburu oleh napsuku sendiri, serta saya begitu memakai kondisi yang tengah berjalan.

“Bernas menang sekali lagi tuch. Janganlah minta ciuman sekali lagi yah. Yang beda dong …” sambut tante Ani sembari menggoda.
“Hmm … apa yah. ” fikirku sesaat.
“Gini saja, Bernas ingin emut-emut susu tante Ani. ” jawabku tidak tau malu.


Nyatanya muka tante Ani tidak terlihat kaget atau geram, jadi balik tersenyum kepadaku sembari berkata “Sudah tante tebak apa yang berada di dalam fikiran anda, Bernas. ”.
“Boleh kan tante?! ” tanyaku penasaran. Tante Ani cuma mengangguk tandanya sepakat.

Lalu saya dekatkan wajahku ke payudara samping kanan tante Ani. Bau minyak wangi harum yang melekat di badannya tercium terang di hidungku. Tanpa ada bebrapa sangsi saya mulai mengulum puting susu tante Ani dengan lembut. Ke-2 telapak tanganku berdasar mantap diatas karpet ruangan tamu tante Ani, memberi fondasi kuat supaya wajahku tetaplah bebas menelusuri payudara tante Ani. AKu kulum bertukaran puting kanan serta puting kiri-nya. Kuluman yang tante Ani peroleh dariku memberi sensasi pada badan tante Ani. Dia terlihat nikmati tiap-tiap hisapan-hisapan serta jilatan-jilatan di puting susu-nya. Nafas tante Ani perlahan makin memburu, serta terdengar desahan dari mulutnya. Saat ini saya dapat meyakinkan kalau tante Ani sekarang ini tengah terangsang atau arti modern-nya ‘horny’.

“Bernasss … anda nakal banget sich! … haahhh … Tante anda apain? ” bisik tante Ani dengan suara terputus-putus. Saya tidak mengubris kalimat tante Ani, namun jadi makin semangat memainkan ke-2 puting susunya. Tante Ani tidak memberi perlawanan sedikitpun, jadi seakan-akan seperti memberi lampu hijau kepadaku untuk lakukan beberapa hal yg tidak pantas pada dianya.

Saya coba mendorong badan tante Ani perlahan supaya dia terbaring diatas karpet. Nyatanya tante Ani tidak menahan/menampik, bahkan juga tante Ani cuma pasrah saja. Sesudah badannya terbaring diatas karpet, saya hentikan serangan gerilyaku pada payudara tante Ani. Saya perlahan menciumi leher tante Ani, serta oh my, wangi benar leher tante Ani. Tante Ani pejamkan ke-2 matanya, serta tidak berhenti-hentinya mendesah. Saya jilat lembut ke-2 telinganya, memberi sensasi serta getaran yang berlainan pada badannya. Saya tidak tahu kenapa malam itu saya seolah-olah tau apa yang perlu saya kerjakan, walau sebenarnya ini baru pertama kalinya seumur hidupku hadapi situasi begini.

Lalu saya melandaskan kembali bibirku diatas bibir tante Ani, serta kami kembali berciuman mesra sembari berperang lidah didalam mulutku serta kadang-kadang didalam mulut tante Ani. Tanganku tidak tinggal diam. Telapak tangan kiriku jadi bantal untuk kepala belakang tante Ani, sedang tangan kananku meremas-remas payudara kiri tante Ani.

Badan tante Ani seperti cacing kepanasan. Nafasnya terengah-engah, serta dia tidak berkonsentrasi sekali lagi berciuman denganku. Tanpa ada di beri komando, tante Ani mendadak melepas celana dalamnya sendiri. Mungkin saja karena sangat ‘horny’-nya, otak tante Ani memberi instinct bawah sadar padanya untuk selekasnya melepas celana dalamnya.

Saya menginginkan sekali lihat kemaluan tante Ani waktu itu, tetapi tante Ani mendadak menarik tangan kananku untuk mendarat di kemaluannya.
“Alamak …”, fikirku kaget. Nyatanya kemaluan/memek tante Ani mulus sekali. Nyatanya semuanya bulu jembut tante Ani dicukur setelah olehnya. Dia membimbing jari tengahku untuk memainkan daging mungil yang menonjol di memeknya. Beberapa pembaca tentu tau nama daging mungil ini yang saya maksudkan itu. Pada umumnya daging mungil itu diberi nama biji etil atau biji etel atau itil saja. Saya putar-putar itil tante Ani berotasi searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam. Saat ini memek tante Ani mulai basah serta licin.

“Bernasss … anda yah … aaahhhh … kok berani ama tante? ” bertanya tante Ani terengah-engah.
“Kan tante yang suruh tangan Bernas kesini? ” jawabku.
“Masa sihhh … tante lupa … aahhh Bernasss … Bernasss … anda kok nakal? ” bertanya tante Ani sekali lagi.
“Nakal namun tante akan sukai kan? ” candaku gemas dengan tingkah tante Ani.
“Iyaaa … nakalin tante pleasee …” nada tante Ani mulai serak-serak basah.

Saya tetaplah memainkan itil tante Ani, serta ini membuatnya makin menggeliat hebat. Selang beberapa saat tante Ani menjerit kencang seakaan-akan berlangsung gempa bumi saja. Badannya mengejang serta kuku-kuku jarinya pernah mencakar bahuku. Untung saja tante Ani bukanlah type wanita yang menyukai menjaga kuku panjang, jadi cakaran tante Ani tidak sakit buatku.

“Bernasss … tante datangggg uhhh oohhh …” erang tante Ani. Saya yang masih tetap hijau saat itu kurang tahu apa makna kata ‘datang’ saat itu. Yang tentu sesudah menyebutkan kalimat itu, badan tante Ani lemas serta nafasnya terengah-engah.

Dengan tanpa ada diberi aba-aba, saya terlepas celana dalamku yang masih tetap saja melekat. Saya telah lupa mulai sejak kapan batang penisku tegak. Saya siap nikmati badan tante Ani, namun sedikit sangsi, karna takut juga akan tidak diterima oleh tante Ani. Keragu-raguanku ini terbaca oleh tante Ani. Dengan lembutnya tante Ani berkata, “Bernas, jika ingin tidurin tante, mendingan cepetan deh, sebelon gairah tante habis. Tuch simak kontol Bernas dah tegak seperti besi. Sini tante pegang apa dah panas. ”.

Saya berupaya ambil tempat di atas badan tante. Style bercinta traditional. Perlahan kuarahkan batang penisku ke mulut vagina tante Ani, serta kucoba dorong penisku perlahan. Nyatanya tidak susah menembus pintu kesenangan punya tante Ani. Terkecuali mungkin saja karna basahnya dinding-dinding memek tante Ani yang memuluskan jalan masuk penisku, juga karna mungkin saja telah berapa batang penis yang sudah masuk didalam sana.

“Uhhh … ohhh … Bernasss … ahhh …” desah tante Ani.
Saya cobalah mengocok-kocok memek tante Ani dengan penisku dengan memaju-mundurkan pinggulku. Tante Ani tampak makin ‘horny’, serta mendesah tidak karuan.
“Bernasss … Bernasss … aduhhh Bernasss … geliiii tante … uhhh … ohhhh …” desah tante Ani.
Di waktu saya tengah asik meningkatkan badan tante Ani, mendadak saya disadarkan oleh keinginan tante Ani, hingga saya berhenti sesaat.
“Bernasss … anda dah ingin keluar belum juga … ” bertanya tante Ani.
“Belon sich tante … mungkin saja sebagian waktu sekali lagi … ” jawabku serius.
“Nanti dikeluarin diluar yah, janganlah didalam. Tante mungkin saja sekali lagi subur saat ini, serta tante lupa suruh anda pakai pengaman. Lagian tante ngga miliki stok pengaman saat ini. Jadi janganlah dikeluarin didalam yah. ” pinta tante Ani.
“Beres tante. ” jawabku.
“Ok deh … saat ini janganlah diam … goyangin sekali lagi dong …” canda tante Ani genit.

Tanpa ada tunda banyaknya waktu sekali lagi, saya teruskan kembali permainan kami. Saya dapat rasakan memek tante Ani makin basah saja, serta saya juga dapat lihat bercak-bercak lendir putih di sekitaran bulu jembutku.

Saya mulai berkeringat di punggung belakangku. Muka serta telingaku panas. Tante Ani juga sama. Nada erangan serta desahan-nya semakin terdengar panas saja di telingaku. Saya tidak mengerti kalau saya telah berpacu dengan tante Ani 20 menit lama-nya. Sinyal tanda juga akan ada suatu hal yang bakalan keluar dari penisku makin mendekat saja.

“Bernasss … ampunnn Bernasss … kontolnya kok seperti besi saja … ngga ada lemasnya dari barusan … tante geliii banget nihhh …” kata tante Ani.
“Tante … Bernasss dah hingga ujung nih …” kataku sembari percepat goyangan pinggulku.

Puting tante Ani makin tampak mencuat menantang, serta ke-2 payudara juga tampak mengeras. Saya mendekatkan wajahku ke muka tante Ani, serta bibir kami sama-sama berciuman. Saya julur-julurkan lidahku kedalam mulutnya, serta lidah kami sama-sama berperang didalam. Tempat bercinta kami tidak beralih mulai sejak barusan. Tempatku tetaplah diatas badan tante Ani.

Saya percepat kocokan penisku didalam memek tante Ani. Tante Ani telah menjerit-jerit serta meracau tidak karuan saja.

“Bernasss … tante datangggg … uhhh … ahhhhhh …” jerit tante Ani sembari memeluk erat badanku. Ini tandanya tante Ani sudah ‘orgasme’.

Saya juga sama, lahar panas dari dalam penisku telah siap juga akan menyembur keluar. Saya masih tetap ingat pesan tante Ani supaya spermaku dilepaskan keluar dari memek tante Ani.

“Tante … Bernassss datangggg …” jeritku cemas. Kutarik penisku dari dalam memek tante Ani, serta penisku memuncratkan spermanya di perut tante Ani. Karena sangat kencangnya, semprotan spermaku hingga di dada serta leher tante Ani.

“Ahhh … ahhhh … ahhhh …” nada jeritan kepuasanku.
“Idihhh … anda kecil-kecil namun spermanya banyak bangettt sich …” canda tante Ani. Saya cuma tersenyum saja. Saya tidak pernah memberi komentar candaan tante Ani.

Sesudah semuanya sperma sudah tumpah keluar, saya merebahkan badanku di samping badan tante Ani. Kepalaku masih tetap teriang-iang serta nafasku masih tetap belum juga stabil. Mataku lihat ke langit-langit apartment tante Ani. Saya barusan nikmati yang namanya surga dunia.

Tante Ani lalu memelukku manja dengan tempat kepalanya diatas dadaku. Bau harum rambutku tercium oleh hidungku.

“Bernas senang ngga? ” bertanya tante Ani.
“Bukan senang sekali lagi tante … namun Bernas seperti barusan masuk ke surga” jawabku.
“Emang memek tante surga yah? ” canda tante Ani.
“Boleh dikata sekian. ” jawabku yakin diri.
“Kalo tante senang ngga? ” tanyaku penasaran.
“Hmmm … cobalah anda fikir sendiri saja … yang tentu memek tante saat ini masih tetap berdenyut-denyut rasa-rasanya. Diapain memang ama Bernas? ” bertanya tante Ani manja.
“Anuu … Bernas kasih si Bernas Junior … tuch tante simak jembut Bernas banyak bercak-bercak lendir. Itu miliki dari memek tante tuch. Banjir keluar barusan. ” kataku.
“Idihhh … tidak mungkin …” bela tante Ani sembari mencubit penisku yang telah mulai loyo.

“Bernas bebrapa seringkali datang ke tempat tinggal tante saja. Kelak kita main poker sekali lagi. Ingin kan? ” pinta tante Ani.
“Sippp tante. ” jawabku serentak girang.

Malam itu saya nginap dirumah tante Ani. Esok harinya saya segera pulang ke tempat tinggal. Saya pernah minta jatah 1 kali sekali lagi dengan tante Ani, namum ajakanku tidak diterima halus olehnya karna argumen dia ada janji dengan beberapa rekannya.

Mulai sejak waktu itu saya jadi rekan sex gelap tante Ani tanpa ada sepengetahuan orang yang lain terlebih bapak serta ibu. Tante Ani suka bercinta yang beragam serta dengan tempat yang beragam juga terkecuali apartementnya sendiri. Terkadang bermain di mobilnya, di motel kilat yang hitungan charge-nya /jam, di ruangan VIP spa kecantikan ibuku (ini saya berupaya keras untuk menyelusup supaya tidak di ketahui oleh beberapa pegawai disana). Tante Ani begitu suka pada serta nikmati sex. Menurut tante Ani sex bisa membuatnya terasa enak dengan jasmani serta rohani, belum juga sex yang teratur sangat baik untuk kesehatan. Dia sempat bercerita kepadaku mengenai rahasia awet muda bintang film Hollywood tersohor bernama Elizabeth Taylor, yah jawabannya cuma singkat saja yakni sex serta diet yang teratur.

Tante Ani paling sukai ‘bermain’ tanpa ada kondom. Namun dia juga tidak mau menggunakan system pil jadi alat kontrasepsi karna dia pernah alergi waktu pertama coba minum pil kontrasepsi. Jadi di waktu subur, saya diwajibkan menggunakan kondom. Di waktu sesudah usai masa menstruasinya, ini yaitu waktu dimana kondom bisa dilupakan untuk sesaat dahulu serta saya dapat sepuasnya berejakulasi didalam memeknya. Jika di waktu subur serta saya/tante Ani lupa menyetok kondom, kita masih tetap saja nekat bermain tanpa ada kondom dengan berejakulasi diluar (walau ini riskan kehamilannya tinggi juga).

Hubungan gelap ini pernah jalan nyaris 4 th. lamanya. Saya pernah mempunyai perasaan cinta pada tante Ani. Maklum saya masih tetap termasuk remaja/pemuda yang mudah terikut emosi. Tetapi tante Ani menampiknya dengan halus karna jika hubunganku serta tante Ani jadi bertambah serius, banyak pihak luar yang juga akan mencaci-maki atau mengutuk kami. Tante Ani pernah menghindari diri sesudah saya menyebutkan cinta kepadanya hingga saya betul-betul ‘move on’ dari-nya. Saya lumayan patah hati saat itu (nyaris 1. 5 th.), namun saya masih tetap mempunyai akal sehat yang mengontrol perasaan sakit hatiku. Waktu itu juga saya cuti ‘bermain’ dengan tante Ani.

Sekarang ini saya masih tetap terkait baik dengan tante Ani. Kami terkadang meluangkan diri untuk ‘bermain’ 2 minggu sekali atau terkadang 1 bulan sekali. Bergantung dari mood kami semasing. Tante Ani hingga saat ini masih tetap single. Saya untuk sesaat ini masih tetap single. Saya putus dengan pacarku sekitaran 6 bulan yang kemarin. Mulai sejak putus dengan pacarku, tante Ani pernah jadi pelarianku, terlebih pelarian sex. Sesungguhnya ini tidak benar serta kasihan tante Ani, tetapi tante Ani seperti tahu perilaku lelaki yang tengah patah hati pastinya akan mencari seseorang pelarian. Jadi tante Ani tidak sempat terasa kalau dia yaitu pelarianku, namun jadi seseorang rekan yang menginginkan menolong meringkankan beban perasaan rekannya.
AGEN BANDARQ | BANDAR Q | AGEN DOMINO TERPERCAYA | AGEN ADUQ | BANDAR SAKONG| AGEN CAPSA ONLINE

 https://ceritasexdewasa168.blogspot.com/2017/09/cerita-sex-dewasa-benar-benar-super-hot.html

Agen Poker Terpercaya & Tanpa Robot ( 100% Member Vs Member )
Tersedia Games : Poker Online, Domino 99, BandarQ, Bandar Poker, Adu Q, Capsa Susun, Dan Sakong

Cukup 1 ID Sudah Dapat Memainkan 7 Games
Untuk DAFTAR silahkan klik link ini :

HOT PROMO !!!
* PROMO BONUS TURNOVER 0.5%
* PROMO BONUS REFERAL 20%
* MINIMAL DEPOSIT RP 20.000

Info Lebih Lanjut Hub:
* Website : WWW.HITSDOMINO.ORG
* Pin BBM : D86DAFAF
* Yahoo : hitsdomino@yahoo.com

* baca juga artikelnya : http://ceritasexdewasa168.blogspot.com
* baca juga artikelnya : http://www.webpokermas.blogspot.com
* baca juga artikelnya : http://hiburandewasa88.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar