Malam hari ini waktu mulai tidur kepalaku merasa berat. Saya kuatir sepanjang sebagian jam, namun mendekati awal hari pada akhirnya saya dapat tertidur juga. Saya tidak tahu berapakah lama saya tidur, rupanya sebentar, karna ada suatu hal yang membuatku terbangun.
Ada yang mengusik tubuhku waktu saya tengah tertidur lelap. Satu benda berat menindih lenganku. Saya buka mata serta lihat lampu ruang masih tetap menyala, rupanya saya barusan lupa mematikannya. Mataku merasa pedih, lalu saya mengedip-ngedipkannya sebentar, hingga mataku mulai punya kebiasaan. Lalu waktu saya lihat ke samping kiri, saya terperanjat. Benda berat yang menindih lenganku yaitu Nanda.
Nanda rebahan di sebelahku. Kepalanya berada di dekat pundakku, sesaat tubuhnya memeluk erat lengan kiriku. Ia kenakan kaos putih tidak tebal serta celana pendek loenggar, wangi sabun dari tubuhnya dapat kucium dengan begitu terang.
Mengapa ia dapat berada di sini? Jantungku berdegub kencang. Saya ingat, mungkin saja saya lupa mengunci pintu ruang waktu akan tidur barusan. Saya kelelahan serta fikiranku kacau, saya hingga tidak ingat mengunci pintu.
“Di…., ” Ucap Nanda agak mendesah. Rupanya ia tidak tidur.
Nanda menengadahkan kepalanya, berupaya memandang mukaku. Jarak mukaku serta mukanya saat ini cuma sebagian centi.
“Maafin saya, Di…. Saya tau saya yang salah, ” ucapnya perlahan.
Saya berupaya menentramkan diriku.
“Nan… mengapa loe mendadak kesini? ”
Nanda menghela nafas, lalu memeluk lenganku dengan lebih erat. Saya bisa rasakan gesekan buah dadanya dari luar kaos yang ia gunakan.
“Hmmmm…. saya ingin, Di…”
Saya terperanjat mendengar kata-katanya. Perkataan Nanda sukses membuat darahku berdesir. Sebelumnya saya pernah mengatakan apa-apa, mendadak Nanda mencium leherku, lalu tangannya meraba kemaluanku dari luar celana boxer yang saya gunakan.
“Tan…. mengapa loe mendadak jadi… ”
“Mmmmmh….. Mmmmhhh…” bibir kami segera beradu, sama-sama lumat serta sama-sama hisap. Oooh, benar-benar saya merindukan bibir ini. Saya merindukan kelembutan bibirnya sesudah sangat lama.
Tangan Nanda menyelusup ke balik celanaku, lalu ia ambil gagang kemaluanku serta mengeluarkannya dari celana. Dengan pergerakan yang perlahan serta lembut ia mulai mengocoknya, disamping itu bibir kami selalu berpagutan. Refleks, tanganku juga menyelusup ke balik kaosnya serta mencari gunung mungil yang telah lama kurindukan. Saya meremas buah dada kiri Nanda serta memainkan pentilnya. Pentilnya telah keras serta tegang, begitu enak untuk dimainkan memakai jari.
Nanda bangkit, ia duduk diatas lututku. Lalu ia mengarahkan kemaluanku yang telah berdiri tegak ke arah selangkangannya yang masih tetap terhambat celana. Pelan-pelan ia menggesek-gesekkan ujung kemaluanku ke selangkangannya.
“Hhhhh…. saya kangen sama kemaluan loe, Di…. Mmmhhh…”
Selang beberapa saat ia memerosotkan celananya sendiri bersama celana dalemnya. Terlihatlah kemaluannya yang sisa dicukur serta masih tetap tidak beralih dari dahulu. Nanda menggesek-gesekkan ujung kemaluanku di bibir kemaluannya namun terlihat waspada.
“Nan…. Ohhh…. ” saya tidak mampu menahan desahan.
“Uhhh… cuma gesek-gesek saja ya Di…. ini yang paling akhir kalinya…” desah Nanda.
Mendengar kalimat itu mendadak saja saya jadi terasa agak jengkel. Saya tidak ingin. Saya tidak ingin cuma begini. Saya menginginkannya. Saya menginginkan tahu apakah dia masih tetap perawan atau tidak sekarang ini. Saya tidak ingin kehilangannya.
Tanpa ada minta izin lebih dulu, saya menarik ke-2 tangan Nanda, lalu saya lempar tubuhnya ke atas kasur. Saya menindihnya, kutahan ke-2 lengannya serta kulebarkan ke-2 kakinya.
“Aw! Di! Loe ingin ngapain? ” Nanda memprotes.
“Please, Nanda…. Saya ingin jadi yang khusus buat loe… saya mau…. ” ucapku sembari berupaya menahan tangannya yang meronta-ronta.
“Jangan Di… saya telah, saya telah tuna.. nga… aaaaaah! ”
Dengan pergerakan yang memaksa, kepala kemaluanku masuk ke dalam bibir kemaluan Nanda. Ia masih tetap berupaya melawan, namun tenagaku lebih kuat dalam menahan pergerakan tangan serta kakinya. Kudorong sekali lagi pinggulku ke arah depan, kemaluanku masuk makin dalam ke lubang kemaluan Nanda. Oooh… rasa-rasanya benar-benar mengagumkan. Rasa-rasanya berlainan dengan lubang kemaluan Gita, punya Nanda merasa lebih hangat serta lebih lembut. Kuteruskan mendorong kemaluanku, lalu kugunakan sedikit tenaga sampai gagang kemaluanku masuk semuanya ke kemaluan Nanda.
“Adiiii…! Aghhh! Sakiiiit! Sakit Di….! ” Nanda menjerit. Pergerakan tangannya beralih jadi lemas, serta sedikit untuk sedikit ia berhenti melawan. Namun ia mulai menangis.
“Nan… janganlah nangis… please saya mohon maaf, ” ucapku.
“Sakiiit…. loe jahat….. ”
Saya lihat ke arah kemaluan Nanda, lalu saya temukan sisa darah yang membasahi seprei kasurku. Saya terperanjat. Saya tidak tahu apa yang perlu kukatakan saat ini.
“Loe masih tetap perawan, Nan? ” tanyaku terbata-bata.
“Sekarang telah gag, bego loe! Bego! ” Nanda memeluk leherku serta berupaya hentikan tangisannya.
Saya tidak ingin menyia-nyiakan peluang ini. Perlahan-lahan saya mulai menggenjot kemaluan Nanda, awalannya agak perlahan karna saya tidak menginginkan menyakitinya selanjutnya. Dinding kemaluan Nanda merasa sempit serta meremas-remas gagang kemaluanku. Jadi rupa berikut kemaluan dari perempuan yang sampai kini senantiasa kurindukan, yang senantiasa kuinginkan. Mengagumkan.
“Aaaaaah…. Aaakhh… Ooouhhh…” Saya terperanjat mendengar Nanda mulai mendesah. Nyatanya ia cepat dapat nikmati ini.
“Udah gag sakit kan, Nan? ” tanyaku sembari percepat genjotan.
“Gag…. ahhh enak… mmhhh…. ” desah Nanda.
“Aku cepetin sekali lagi ya? ”
“Uuhh… Iya bang… yang cepet… selalu bang…. ”
“Hah? Nan? Mulai sejak kapan loe manggil saya bang….. ”
Nanda melepas pelukannya, lalu saya bisa lihat mukanya. Ia bukanlah Nanda! Ia Gita! Bagaimana mungkin saja? Tidak masuk akal!
Gita berbaring di bawahku, kakinya direntangkan lebar, tangan kirinya meremas-remas buah dadanya sendiri. Gita terlihat tersenyum, namun ia selalu menggerak-gerakkan pinggulnya agar saya tidak berhenti menggenjotnya. Ia tersenyum sembari mendesah, lalu perlahan-lahan ia mengacungkan jari tengahnya ke depan mataku.
Saya gemetar sekujur tubuh. Dengan amat cepat, Gita bangkit serta mendorong tubuhku. Saya jatuh terlentang, lalu kepala Gita turun sampai ke depan kemaluanku. Ia lalu mengisap kemaluanku dengan mulutnya. Lalu ia menggigitnya. Ia menggigit kemaluanku! Krauk! Krauk! Saya menjerit sekuat tenaga. Aaaaaaaa!
Lalu saya terbangun diatas tempat tidur. Cuma mimpi? Tidak ada siapapun juga di sampingku. Tidak ada Gita, tidak ada Nanda. Saya masih tetap sendiri.
Hari-hari kujalani seperti umum. Rasa rindu pada Nanda Ataupun Gita perlahan-lahan saat ini mulai memudar. Saya sadar, Nanda tidaklah jodohku, dia yaitu obsesi dalam hidupku. Tidak sempat mengungkap isi hatiku cukup jadi penyesalan yang kusimpan serta tidak akan terulang kembali.
Gita… perempuan berkaca mata yang memberiku kehangatan disaat saya bimbang. Begitu berdosanya saya apabila selalu memakai dia. Saat ini dia sudah bahagia dengan suaminya. Jalinan kita tetaplah baik. Paling akhir kudengar ia melahirkan anak kembar.
Nanda serta Gita 2 perempuan yang memberikanku pengalaman indah tidak terlupakan. Yes.. it’s me… sederhana think of me. Sepucuk surat sempat kutuiskan untuk Nanda, tak tahu bermanfaat atau tidak yang tentu saya telah berupaya jujur pada diriku serta pada dianya. Saya sempat jatuh cinta padanya.
Agen Poker Terpercaya & Tanpa Robot ( 100% Member Vs Member )
Tersedia Games : Poker Online, Domino 99, BandarQ, Bandar Poker, Adu Q, Capsa Susun, Dan Sakong
Cukup 1 ID Sudah Dapat Memainkan 7 Games
Untuk DAFTAR silahkan klik link ini :
http://bit.ly/2m8zJjV
HOT PROMO !!!
* PROMO BONUS TURNOVER 0.5%
* PROMO BONUS REFERAL 15%
* MINIMAL DEPOSIT RP 20.000
Info Lebih Lanjut Hub:
* Website : WWW.HITSDOMINO.ORG
* Pin BB : D8DA45DE
* Yahoo : hitsdomino@yahoo.com
* baca juga artikelnya : http://www.beritalucu889.blogspot.com
* baca juga artikelnya : http://www.webpokermas.blogspot.com
* baca juga artikelnya : http://hiburandewasa88.blogspot.com
* baca juga artikelnya : http://www.ceritaterkini88.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar