Sebelumnya saya menulis isi dari narasi ini, saya juga akan memberi deskripsi sepintas mengenai tante gatel ku ini. Tingginya sekitaran 167-an, lingkar dadanya sekitaran 34-an, pinggulnya 32-an, saya memberikan “an” karna saya kurang tahu tentu besar semasing sisi badannya itu.
Peristiwa itu berlangsung di Denpasar Bali, saya saat itu kelas 3 SMU di satu diantara SMU di Denpasar. Namun saat ini saya kuliah di Jakarta di satu diantara universitas yg tidak demikian populer di Jakarta. Saya memanglah telah lama sekali begitu inginkan badan tante gatel ku itu, namun perlu penantian yang lama, kurang lebih mulai sejak saya SMP.
Awalilah kuceritakan berisi. Saat itu sekitaran jam 12. 30, matahari betul-betul panasnya minta ampun, selalu motorku endut-endutan. Wahhh! betul-betul reseh dah. Namun pada akhirnya saya hingga di kost-kostan, segera saja saya ganti pakaian, selalu sembari minum air es, wuaaaahhhhhhh, segerrrr tenan rek. Lantas mendadak belum juga kurebahkan tubuh untuk istirahat HP-ku bunyi, nyatanya dari tanteku, lantas kujawab,
“Halo Tan, ada apa? ”
“Kamu cepet dateng ya! ” ucap tanteku.
“Sekarang? ” tanyaku sekali lagi.
“La iya-ya, masa besok, cepet yah! ” tutur tanteku.
Lantas saya bergegas datang ke tempat tinggal tante gatel ku itu.
Sesampainya disana, kulihat tempat tinggalnya kok sepi, tidak seperti umumnya (umumnya sangat ramai), lantas kugedor pintu tempat tinggal tante gatel ku. Mendadak tante gatel ku segera teriak dari dalam. “Masuk saja Wa! ” teriak tanteku. Oh ya, namaku Dewa. Lantas saya masuk segera ke ruangan TV. Selalu saya bertanya,
“Tante di mana sich? ” tanyaku dengan suara agak keras.
“Lagi di kamar mandi, bentar ya Wa! ” sahut tanteku.
Sembari menanti tante gatel mandi saya segera menghidupkan VCD yang berada di bawah TV, serta melihat film yang berada di situ. Selang beberapa saat tante gatel usai mandi lantas hampiri saya di ruangan TV. Oh my god! Tanteku menggunakan daster tidak tebal namun tidak transparan sich, namun cetakan badannya itu loh, wuiiihhh! Namun butuh pembaca kenali di keluargaku terlebih tante tante ku bila sekali lagi dirumah bajunya seksi-seksi.
Saya teruskan, lantas dia menegurku.
“Sorry ya Wa, Tante lama. ”
“Oh, tidak ayah Tante! ” ujarku rada menahan birahi yang mulai naik.
“Oom kemana Tante? ” tanyaku.
“Loh Oom anda kan sekali lagi ke Singaraja, ” jawab tanteku.
“Memangnya anda tidak di kasih tau jika di Singaraja ada orang nikah? ” bertanya tanteku sekali lagi.
“Wah tidak tau Tante, Dewa repot sich, ” jawabku.
“Eh Wa, anda tidak usah tidur di kos-an yah, temanin Tante disini, soalnya Tante takut jika sendiri, ya Wa? ” bertanya tanteku sedikit merayu.
Wow, mimpi apa saya semalam kok tante gatel ku mengajak tidur di tempat tinggalnya, tidak umumnya, fikirku.
“Tante kok tidak turut? ” tanyaku memancing.
“Males Wa, ” jawab tanteku mudah.
“Ooo, ya telah, selalu Dewa tidur di mana Tan? ” tanyaku sekali lagi.
“Mmm… di kamar Tante saja, agar kita dapat bercakap sembari nonton film, di kamar Tante ada film baru tuch! ” tutur tanteku.
Oh god! what a miracle it this. Hilang ingatan saya tidak menganggap saya dapat tidur sekamar, satu tempat tidur sekali lagi, fikirku.
“Oke deh! ” sahutku dengan girang.
Singkat narasi, saat telah tunjukkan jam enam sore.
“Waaa…! Dewaaa…! telah mandi belum juga? ” teriak tanteku menyebut.
“Bentar Tan! ” jawabku.
Memanglah waktu itu saya tengah bersihkan motor, melap motor yaitu kebiasaanku, karna saya berprinsip bila motor bersih tertangani harga jualnya tentu tinggi. Ketika itu fikiran kotorku dalam waktu relatif cepat hilang. Sesudah melap motor, saya bergegas mandi. Di kamar mandi mendadak fikiran kotorku keluar sekali lagi, saya berfikir serta mengkhayalkan kemaluan tante gatel ku, “Gimana rasa-rasanya ya? ” khayalku.
Selalu saya berupaya menyingkirkan sekali lagi fikiran itu, namun kok tidak bebrapa dapat. Pada akhirnya saya memutuskan daripada nafsuku kupendam selalu entar saya beberapa macam, wah pokoknya dapat kritis. Pada akhirnya saya masturbasi di kamar mandi. Cocok saat di puncak-puncaknya saya masturbasi, mendadak pintu kamar mandi ada yang mengetuk. Kontan saja saya kaget, nyatanya yang masuk itu yaitu tanteku. Mana cocok bugil, tengah tegang sekali lagi kemaluanku, wah kritis!
“Sibuk ya Wa? ” bertanya tanteku sembari senyum manja.
“Eh… mmm… so… so… sorry Tan, lupa ngunci, ” jawabku gugup.
Namun sesungguhnya saya bangga, dapat tunjukkan batang kemaluanku pada tanteku. Panjang batang kemaluanku cocok kondisi puncak dapat menjangkau 15 cm, pokoknya “international size” deh.
“Oh tidak ayah, cepetan deh mandinya, selalu segera ke kamar ya, ada yang ingin Tante omongin. ”
“Oh my god, geram deh Tante, wah kritis nih, ” fikirku.
Lantas saya cepat-cepat mandi, selalu kenakan pakaian didalam kamar mandi juga, tidak pernah deh meneruskan masturbasi, walau sebenarnya telah di puncak. Setibanya di kamar tanteku, saya lihat tante menggunakan celana pendek, begitu pendek, ketat, pokoknya seksi sekali, selalu saya ajukan pertanyaan,
“Ada apa Tan, sepertinya kritis banget sich? ” tanyaku takut-takut sembari duduk diatas tempat tidur.
“Enggak, Tante ingin narasi, mengenai Oom-mu itu lho, ” tutur tanteku.
“Emangnya Oom mengapa Tan? ” tanyaku sekali lagi.
Dalam hatiku sesungguhnya saya sudah mengetahui oom itu orangnya agak lemah, jadi saya mengharapkan tante gatel tawarkan kemaluannya padaku. Dengan cermat saya medengarkan narasi tanteku itu.
“Sebenernya Tante tidak demikian bahagia sama Oom-mu itu, namun disebut tidak bahagia tidak juga, sebabnya
Oom-mu itu orangnya setia, tanggung jawab, serta pengertian, yang buat Tante ngomong kalau Tante tidak bahagia itu yaitu problem masalah ranjang, ” tutur tanteku panjang lebar.
“Maksud Tante? ” tanyaku sekali lagi.
“Ya ampun, masih tetap tidak ngerti juga, maksud Tante, Oom-mu itu jika di ajak begituan sukai cepet nge-down, nah ngertikan? ” bertanya tanteku memberikan keyakinan saya.
“Ooo…” ucapku pura-pura tidak tahu.
“Mmm… Wa, ingin tidak nolongin Tante? ” bertanya tanteku dengan suara memelas.
“Bantu apa Tan? ” tanyaku sekali lagi.
“Kan hari ini sepi, selalu Oom-mu kan tidak ada, juga saat ini Tante sekali lagi terangsang nih, ingin tidak anda main sama Tante? ” bertanya tanteku sambil mendekatkan badannya kepadaku.
Hilang ingatan! Nyatanya benar juga yang saya khayalkan, Tante gatel minta ngewe! Cihui! ups namun jangan pernah saya tampak nafsu juga, fikirku dalam-dalam.
“Tapi Dewa takut Tante, kelak ada yang ngeliat bagaimana? ” ucapku polos.
“Loh…! kan anda ngeliat sendiri, memang disini ada siapa? kan tidak ada siapapun juga, ” jawab tanteku memberikan keyakinan.
“Ya telah deh, ” tutur tanteku sembari mulai dengan tempelkan tangannya ke kemaluanku yang sesungguhnya telah menegang dari barusan.
“Wow… gede juga ya! Buka dong celanamu Wa! ” tutur tanteku mesra.
Lantas kubuka celanaku dengan cepat-cepat, secara cepat juga tanteku memegang kemaluanku yang telah over size itu. Sembari mengocok batang kemaluanku dengan tangan kirinya, tangan kanan tanteku memegang payudaranya serta keluarkan bunyi-bunyi yang merangsang. “Emf… ehm… mmm… gede banget kemaluanmu Wa! ” tutur tanteku.
Saya tidaklah terlalu dengarkan omongan tanteku, soalnya saya telah “over” sekali. Lantas tanteku mulai tempelkan kemaluanku ke mulutnya, serta dengan saat itu juga telah dilumatnya batang kemaluanku itu.
“Oh God! Eh… eh… ehm… e… nak… Tante… selalu Tan…! ” ujarku rasakan enaknya kuluman tanteku itu.
Tanteku lantas merebahkan badanku diatas ranjangnya, lantas dengan ganas ia menyedot batang kemaluanku itu, lantas ia memutar badannya serta menempatkan liang kemaluannya diatas mukaku tanpa ada melepas kemaluanku dari mulutnya. Dengan sigap saya segera menjilat liang kemaluan tanteku. Rasakan itu tanteku mengerang keenakan.
“Aaah… Wa… enak… selalu Wa… selalu jilat…! ” erang tanteku keras-keras. Mendengar itu, nafsuku semakin tambah, dengan nafsu yang menggebu jilatan ke kemaluannya kutingkatkan sekali lagi, serta mengakibatkan tanteku alami orgasme yang dahsyat, beberapa hingga mukaku terkena semprotan cairan kewanitaannya.
“Oh Dewa… Tante sayang kamu… uh… ka.. ka… mu ponakan Tante paling… heee… bat… aaah, ” puji tanteku sembari mengerang rasakan nikmat.
Saya terasa bangga karna saya masih tetap bertahan, lantas saya membalikkan badan tanteku hingga ia terlentang. Kuangkat ke-2 kakinya hingga terpampanglah liang kemaluannya berwarna pink merekah. Sebelumnya saya mulai menu intinya, pertama saya menanggalkan bajunya terlebih dulu, sesudah terbuka, saya mulai memainkan mulutku di puting payudaranya, serta kemaluanku yang sudah “over” barusan kuletakkan diatas perutnya sembari menggesek-gesekkannya.
Perlahan-lahan saya menciumi badan tanteku dengan arah alami penurunan, dari mulai puting selalu ke perut lantas ke paha hingga pada akhirnya tiba di bibir kemaluannya. Dengan penuh nafsu saya menjilat, menyedot, hingga menggigit karena sangat gemasnya, serta rupanya tanteku juga akan alami orgasmenya sekali lagi.
“Ooohh… Waaa… Tante ingin keee… luuu.. aar! Aaah…! ” erang tanteku sekali lagi sembari menjambak rambut kepalaku hingga wajahku tenggelam di kemaluannya. “Wa, telah ah, Tante tidak kuat sekali lagi, Oom-mu mana dapat seperti gini, telah deh Wa, lansung saja tante ingin segera merasakan itu-mu. ”
Badannya kutopang dengan tangan kiri, sesaat tangan kiri menuntun batang kemaluanku mencari sarangnya. Melihatku kesusahan mencari liang kemaluan tanteku, pada akhirnya tanteku yang menuntun untuk memasukkan batang kemaluaku ke liang kemaluannya.
Sesudah melekat di lubangnya, perlahan-lahan kudorong masuk batang kemaluanku, dorongan itu disertai dengan desahan tanteku. “Egghmm… selalu Waa… perlahan namun selalu Wa… egghhmm…! ” desahan tanteku demikian merangsang.
Saya sesungguhnya tidak suka dengan permainan yang perlahan-lahan. Pada akhirnya dengan mendadak dorongan batang kemaluanku, kukeraskan hingga tanteku teriak kesakitan. “Aaahh… Waaa.. saaakitt… pelan-pelan… aargghhh…” teriak tanteku menahan sakitnya itu. Serta tidak sia-sia, batang kemaluanku segera tenggelam didalam liang kehormatannya itu. Kemudian batang kemaluanku, saya maju-mundurkan perlahan-lahan, untuk mencari kesenangan.
Dengan pergerakan perlahan-lahan itu pada akhirnya tanteku nikmati kembali permainan itu. “Ah… uh… selalu Wa… enak sekali… itu-mu gede sekali… eggghh… lebih enak dari Oom-mu itu… selalu Waaa…” erang tanteku keenakan. Lantas lama-lama saya mulai percepat pergerakan maju-mundur, serta itu memperoleh reaksi yang dahsyat dari tanteku, ia juga mulai memainkan pinggulnya, sampai merasa batang kemaluanku mulai berdenyut,
“Tan… saya mauuu… kelu… arrr… nih…! ”
“Di dalam saja Waaa… Tante… juugaa… mauuu keeluaaarr… aaarrgghh…! ”
Pada akhirnya kami keluar bersama, kurang lebih enam kali semprotan saya keluarkan sperma. Aaahh… demikian enaknya. Kemudian kucabut batang kemaluanku dari liang kemaluan tanteku, selalu kuberikan ke mulut tanteku untuk dibikin bersih.
Dengan ganas tanteku menjilati spermaku yang masih tetap berada di kepala kemaluanku sampai bersih. Kemudian tanteku pergi ke kamar mandi untuk bersihkan diri, serta saya tetaplah ada di kamar, tiduran melepas capek.
Sesudah tanteku usai bersihkan diri, ia kembali pada kamar serta selekasnya mencium bibirku, lantas ia katakan kalau sepanjang oom-ku di Singaraja, saya diwajibkan tinggal dirumah tanteku serta saya terang mengiyakan. Lantas tante juga ajukan pertanyaan apakah kondisi kostku bebas, jadi kujawab iya.
Lantas tante gatel katakan kalau bila umpamanya oom-ku berada di tempat tinggal, selalu tanteku menginginkan main denganku, tanteku juga akan mencariku ke kost, saya cuma manggut-manggut suka saja.
Agen Poker Terpercaya & Tanpa Robot ( 100% Member Vs Member )
Tersedia Games : Poker Online, Domino 99, BandarQ, Bandar Poker, Adu Q, Capsa Susun, Dan Sakong
Cukup 1 ID Sudah Dapat Memainkan 7 Games
Untuk DAFTAR silahkan klik link ini :
HOT PROMO !!!
* PROMO BONUS TURNOVER 0.5%
* PROMO BONUS REFERAL 20%
* MINIMAL DEPOSIT RP 20.000
Info Lebih Lanjut Hub:
* Website : WWW.HITSDOMINO.ORG
* Pin BBM : D86DAFAF
* Yahoo : hitsdomino@yahoo.com
* baca juga artikelnya : http://ceritasexdewasa168.blogspot.com
* baca juga artikelnya : http://www.webpokermas.blogspot.com
* baca juga artikelnya : http://hiburandewasa88.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar