Namaku Aing, saya seseorang siswa di SMU yang cukup top di kota Makassar. Pada hari itu saya menginginkan ambil pekerjaan kimia dirumah satu diantara rekan cewekku, sebut saja Karen. Disana kebetulan saya ketemu teman dekat Karen.
Lalu kami juga berteman, namanya Uci, orangnya cukup cantik, manis, putih serta bodinya montok telah seperti anak kelas 3 SMU. Baju sekolahnya yang putih serta agak kekecilan semakin menaikkan kesan payudaranya jadi semakin besar. Ukuran payudaranya mungkin saja ukuran 32B karna seolah juga akan pakaian seragam-nya itu telah tidak dapat membendung desakan dari gundukan gunung kembar itu.
Kami sama-sama diam, cuma saya tengah mencermati dadanya serta pantatnya yang demikian montok. Wah terasanya di langit ke-7 kali bila saya dapat nikmati badan cewek ini, fikirku. Kadang-kadang mata kami berjumpa serta bukannya ke GR-an namun saya rasa cewek ini miliki perasaan terhadapku.
Sesudah satu jam ada dirumah Karen, saya juga berpamitan pada Karen namun dia menahanku serta memohonku mengantarkan Uci pulang karna tempat tinggalnya agak jauh serta telah agak sore serta kebetulan saya tengah bawa “Kijang Rangga” punya bapakku.
Pada akhirnya saya menyepakatinya beberapa kalkulasi ini peluang untuk mendekati Uci. Sesudah sebagian lama terdiam saya memulai perbincangan dengan bertanya, “Apa tak ada yang geram bila saya antar hanya berdua, entar pacar anda geram sekali lagi..? ” pancingku. Dia hanya tertawa kecil serta berkata, “Aku belum juga miliki pacar kok. ”
Dengan perlahan-lahan tangan kiriku mulai menggerayang coba memegang tangannya yang ada diatas paha yang dibalut rok-nya. Dia mengubahkan tangannya serta tinggallah tanganku dengan pahanya. Tanpa ada menampik tanganku mulai menelusuri, lantas mendadak dia mengangkat tanganku dari pahanya, “Awas Aing, simak jalan dong! entar kecelakan sekali lagi.. ” dengan suara sedikit malu saya cuma berkata,
“Oh iya sorry, habis enak sich, ” candaku, lantas dia tersenyum kecil seolah menyepakati tindakanku barusan. Lantas saya juga membawa mobil ke tempat yang gelap karna kebetulan telah mulai malam,
“Loh kok kesini sich? ” memprotes Uci. Sembari mematikan mesin mobil saya cuma berkata,
“Boleh tidak saya cium bibir anda? ”
Dengan suara malu dia menjawab,
“Ahh tidak tau ahh, saya belum juga sempat gituan. ”
“Ah tenang saja, kelak saya ajari, ” seraya segera melumat bibir mungilnya.
Dia juga mulai menikmatinya, sesudah nyaris lima menit kami lakukan permainan lidah itu. Sembari mengubahkan tempatku dari tempat duduk sopir ke samping sopir dengan tempat agak terbungkuk kami selalu lakukan permainan lidah itu, disamping itu dia tetaplah dalam tempat duduk.
Lantas sembari melumat bibirnya saya menyetel tempat duduk Uci hingga tempatnya berbaring serta tanganku juga mulai mempermainkan payudaranya yang telah agak besar, dia juga mendesah, “Ahh, bebrapa perlahan Aing sakit nih.. ” Kelamaan dia juga mulai menyukaiku langkah mempermainkan ke-2 payudaranya yang masih tetap dibungkus seragam.
Mulutku juga mulai alami penurunan mengelilingi lehernya yang tahap sesaat tanganku mulai buka kancing pakaian seragam serta segera menerkam dadanya yang masih tetap terbungkus dengan “minishet” tidak tebal terasanya “minishet” bergambar beruang itu menaikkan gairahku serta segera mengubahkan mulutku ke dadanya.
“Lepas dahulu dong ‘minishet’-nya, kelak basah? ” desahnya kecil.
“Ah tidak ayah kok, entar sekali lagi, ” sembari mulai buka kancing “minishet”, serta mulai melumat puting payudara Uci yang saat ini tengah telanjang dada. Sesaat tangan kananku mulai mempermainkan lubang kegadisannya yang masih tetap terbungkus rok serta tanganku kuselipkan didalam rok itu serta mulai mempermainkan lubangnya yang nyaris membasahi CD-nya yang tidak tebal berwarna putih serta bergambar kartun Jepang.
Mulutku juga selalu alami penurunan menuju celana dalam bergambar kartun itu serta mulai membukanya, lantas menjilatinya serta menusuknya dengan lidahku. Uci cuma tutup mata serta mengulum bibirnya rasakan kesenangan.
Kadang-kadang jari tengahku juga kumasukkan serta kuputar-putarkan di lubang kewanitaannya yang cuma ditumbuhi bulu-bulu halus. Dia cuma menggenggam rambutku serta duduk diatas jok mobil menahan rasa nyeri. Kemudian saya kecapaian serta menyuruhnya, “Gantian dong! ” kataku.
Dia cuma menurut serta saat ini saya ada di jok mobil serta dia dibawah. Kemudian saya menggenggam tangannya serta membimbingnya untuk mulai buka celana “O’neal”-ku serta melorotkannya. Lantas saya menyuruhnya memegang batang kemaluanku yang dari barusan mulai tegang.
Dengan gagasan-nya sendiri dia mulai mengocok batang kemaluanku.
“Kalau digini’in enak tidak Aing? ” tanyanya polos.
“Oh iya enak, enak banget, namun anda ingin tidak yang lebih enak? ” tanyaku.
Tanpa ada bicara sekali lagi saya memegang kepalanya yang sejajar dengan kemaluanku serta sampailah mulutnya mencium kemaluanku. “Hisap saja! enak kok seperti banana split, ” dia menurut saja serta mulai melumat batang kemaluanku serta kadang-kadang dihisapnya.
Karna terasa maniku nyaris keluar saya menyuruhnya berhenti, serta Uci juga berhenti mengisap batang kemaluanku dengan raut muka yang sedikit kecewa karna dia telah mulai nikmati “oral seks”. Lantas kami juga bertukar tempat sekali lagi sembari menentramkan kemaluanku.
Dia juga kembali duduk diatas jok serta saya dibawah dengan agak jongkok. Lalu saya buka ke-2 belah pahanya serta telihat kembali liang gadis Uci yang masih tetap sempit. Saya juga mulai bersiap untuk menerobos lubang kemaluan Uci yang telah agak basah, lantas Uci ajukan pertanyaan,
“Mau dimasukin tuch Aing, mana muat memekku kecilnya segini serta punyamu segede pisang? ” tanyanya polos. “Ah tenang saja, tentu dapat deh, ” sembari memukul kecil kemaluannya yang memerah itu serta dia juga sendiri mulai menolong buka pintu liang kemaluannya, mungkin saja dia tidak ingin ambillah kemungkinan lubang kemaluannya lecet.
Dengan perlahan-lahan saya juga mulai memasukan batang kemaluanku, “Aah.. ahh.. enak Aing, ” desahnya serta saya berupaya memompanya bebrapa perlahan lantas mulai agak cepat, “Ahh.. ahh.. ahh.. selalu pompa Aing. ” Sesudah 20 menit memompa maniku juga telah ingin keluar namun takut dia hamil lantas saya keluarkan batang kemaluanku serta dia agak sedikit tersentak saat saya keluarkan batang kemaluanku.
“Kok dikeluarin, Aing? ” tanyanya.
“Kan belum juga keluar? ” tanyanya sekali lagi.
“Entar anda hamilkan bahaya, telah nih ada permainan baru, ” hiburku.
Lantas saya mengangkat tubuhnya serta menyuruhnya telungkup membelakangiku.
“Ngapain sich Aing? ” bertanya Uci.
“Udah tunggulah saja! ” jawabku.
Dia kembali tersentak serta mengerang saat tanganku menusuk pantat yang montok itu.
“Aahh.. ahh.. sakit Aing.. apaan sich itu..? ”
“Ah, tidak kok, entar juga enak. ”
Lantas saya keluarkan tanganku serta memasukkan batang kemaluanku serta desahan Uci kesempatan ini semakin besar hingga dia menggigit celana dalamku yang tergeletak di dekatnya.
“Sabar yah Sayang! entar juga enak! ” hiburku sembari selalu memompa pantatnya yang montok. Tanganku juga bergerilya di dadanya serta selalu meremas dadanya serta kadang-kadang meremas belahan pantatnya. Uci mulai nikmati permainan serta mulai ikuti irama genjotanku.
“Ahh selalu.. Aing.. telah enak kok.. ” ucapnya mendesah. Sesudah sebagian menit memompa pantatnya, maniku akan keluar sekali lagi.
“Keluarin didalam saja yah Uci? ” tanyaku. Lantas dia menjawab, “Ah tak perlu agar saya isep saja sekali lagi, habis enak sich, ” jawabnya.
Lantas saya keluarkan batang kemaluanku dari pantatnya serta segera dilumat oleh Uci segera dihisapnya dengan penuh gairah, “Crot.. crot.. crot.. ” maniku keluar didalam mulut Uci serta dia menelannya. Hilang ingatan perasaanku seperti telah terbang ke langit ke-7.
“Gimana rasa-rasanya? ” tanyaku.
“Ahh asin namun enak juga sich, ” sembari masih tetap bersihkan mani di kemaluanku dengan bibirnya.
Kemudian kami juga kenakan pakaian kembali, karna jam mobilku telah jam 19 : 30. Tidak merasa kami bersetubuh sepanjang 2 jam. Lantas saya mengantarkan Uci ke tempat tinggalnya di sekitaran sana. Uci tidak turun pas dimuka karna takut diliat bapaknya.
Namun sebelumnya dia turun dia terlebih dulu segera melumat bibirku serta menyisipkan tanganku ke CD-nya. Mungkin saja kemaluannya akan saya belai dahulu sebelumnya dia turun. “Kapan-kapan main sekali lagi yach Aing! ” ucapnya sebelumnya turun dari mobilku.
Namun itu bukanlah pertemuan paling akhir kami karna th. selanjutnya dia masuk sekolah yang sama denganku serta kami bebas lakukan hal tersebut setiap saat, karna nampaknya dia telah ketagihan sex dengan permainan itu bahkan juga Uci sempat lakukan masturbasi dengan terong di toilet sekolah karna telah ketagihan sex.
Untung saya memandangnya yang tengah ketagihan sex hingga saya bisa memberikannya “jatah” di toilet sekolah.
Agen Poker Terpercaya & Tanpa Robot ( 100% Member Vs Member )
Tersedia Games : Poker Online, Domino 99, BandarQ, Bandar Poker, Adu Q, Capsa Susun, Dan Sakong
Cukup 1 ID Sudah Dapat Memainkan 7 Games
Untuk DAFTAR silahkan klik link ini :
HOT PROMO !!!
* PROMO BONUS TURNOVER 0.5%
* PROMO BONUS REFERAL 20%
* MINIMAL DEPOSIT RP 20.000
Info Lebih Lanjut Hub:
* Website : WWW.HITSDOMINO.ORG
* Pin BBM : D86DAFAF
* Yahoo : hitsdomino@yahoo.com
* baca juga artikelnya : http://ceritasexdewasa168.blogspot.com
* baca juga artikelnya : http://www.webpokermas.blogspot.com
* baca juga artikelnya : http://hiburandewasa88.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar