Agen Poker Agen Poker

Agen Ceme Agen Domino99 Terpercaya>

HitsDomino

Selasa, 13 Juni 2017

Cerita Sex Dewasa-Begitu Melihat Kontol Besar Birahi Nafsuku Bangkit Kembali Untuk Bercinta

 http://www.hitsdomino.org/app/Default0.aspx?ref=LINDA168168&lang=id

Saya baru menikah, karna suamiku belum miliki tempat tinggal, kamu numpang dirumah om nya yang duda tanpa ada anak serta tinggal sendiri. Jadi pengantin baru, pastinya saya serta suamiku seringkali menggunakan saat di kamar. Sayangnya suamiku tidak perkasa jika di ranjang. Seringkali ditengah permainan, waktu saya tengah nikmat2nya suamiku keok duluan. Satu sore, sepulang dari kantor, om lupa membawa kunci rumah…..

Dia rupanya mengetok pintu cukup lama namun saya tidak mendengarnya karna saya tengah di kamar mandi. Saat keluar dari kamar mandi, baru samar2 saya mendengar ketukan pintu. Siapa, fikirku sembari selekasnya kenakan kimono berbahan handuk yang pendek, sekitaran 15 cm di atas lutut. Saya membukakan pintu. Om ternganga lihat keadaan saya yang baru usai mandi. Tinggi ku sekitaran 167 cm. Rambutku tergerai sebahu. Muka ku cantik dengan bentuk mata, alis, hidung, serta bibir yang indah, itu kata suamiku lo. Karna kimonoku pendek, jadi paha serta betis ku terlihat dengan terang.. Kulitku terlihat licin, dihiasi oleh rambut-rambut halus yang pendek. Pinggulku besar melebar. Pinggangku terlihat ramping. Sesaat kimono yang menutupi dadaku belum pernah kuikat dengan prima, mengakibatkan belahan toketku yang montok itu menyembul di belahan pakaian, pentilku membayang di kimonoku. Saya belum pernah kenakan bra. Leherku tahap dengan sebagian helai rambut terjuntai. Sesaat bau harum sabun mandi terpancar dari badanku. Dari samping toketku demikian menonjol dari balik kimonoku. Om jalan mengikutiku menuju ruangan makan. Tentu dia memerhatikan gerak badanku dari belakang. Pinggulku yang besar itu meliuk ke kiri-kanan menyeimbangi beberapa langkah kakiku.

“Sori Sin, om lupa bawa kunci. Kamu terganggu mandinya ya”, tuturnya. “Udah usai kok om”, jawabku. Dia duduk di meja makan. Saya mengambilkan teh untuk dia serta lalu masuk ke kamar. Selang beberapa saat saya keluar cuma kenakan daster tidak tebal memiliki bahan licin, benjolan toketku membusung. Saya tidak kenakan bra, hingga ke-2 pentilku terlihat terang sekali tercetak di dasterku. Saya ambil toples diisi kue dari almari makan. Pada posisi membelakanginya, tentu dia memandang badanku dari belakang. Kita bercakap ngalor ngidul masalah macem2. Dia menatapku dari dekat tanpa ada rasa risih. Saya tidak mengerti kalau belahan daster di dadaku mempertontonkan toketku yang montok saat agak merunduk. Pada akhirnya perbincangan menyerempet masalah seks. “Sin, kamu tidak senang ya sama suami kamu”, kataku to the point. Saya tertunduk malu, mukaku semu kemerahan. “Kok om tau sih”, jawabku lirih. “Om kan pernah denger kamu melenguh awalannya, hanya pada akhirnya mengeluh. Suami kamu cepet ngecretnya ya”, tuturnya lagi. “Iya om, cepet banget keluarnya. Sintia baru mulai ngerasa enak, dia telah keluar. Kesel deh jadinya, kaya Sintia hanya jadi pemuas napsunya aja”, saya mulai sharing. Dia cuma dengarkan curhatanku saja. “Om, mandi dahulu deh, telah saatnya makan.

Sintia nyiapin makan dahulu ya”, kataku akhiri perbincangan seru. “Kirain Sintia nawarin ingin mandiin”, godanya. “Ih si om, genit”, jawabku tersipu. “Kalo Sintia ingin, om tidak keberatan lo”, jawabnya lagi. Saya tidak menjawab cuma berlalu ke dapur, mempersiapkan makan. Disamping itu dia masuk kamarnya serta mandi. Usai mandi, dia cuma menggunakan celana pendek serta kaos. Nampaknya dia tidak kenakan CD karna kontolnya yang nyatanya ngaceng berat terlihat terang tercetak di celana pendeknya. Saya diam saja lihat ngacengnya kontolnya dari luar celana pendeknya. Rupanya om terangsang saat bercakap seru sebelumnya dia mandi itu. Saat makan malem, kita bercakap masalah yang lain, saya berupaya tidak mengarahkan perbincangan kearah yang tadi. Namun om masih tetap diabawah dampak napsu berahinya. Dia menatapku dengan pandangan yang seakan2 ingin menelanjangiku.

Usai makan, saya membereskan piring serta gelas. Sekembalinya dari dapur, saya terpeleset hingga terjatuh. Rupanya ada air yang tumpah saat saya membawa perlengkapan makan ke dapur. Betis kanan ku mengenai rack kayu. “Aduh”, saya mengerang kesakitan. Dia selekasnya menolongnya. Punggung serta pinggulku dicapainya. Dia membopong ku kekamarku. Dia menempatkan saya di ranjang. Belahan dasterku terbuka lebih lebar hingga dia bisa dengan leluasa lihat kemontokan toketku. Saya berupaya mencapai betisku yang terbentur rack tadi. Kulihat sisa bentrokan tadi buat sedikit memar di betis ku. Dia juga berupaya membantuku. Dicapainya betisku seraya diraba serta diurut sisi betis yang memar itu. “Pelan om, sakit”, erangku lagi. Sembari selalu memijit betisku, dia melihat wajahku. Mataku pada akhirnya terpejam. Nafasku jadi teratur. Saya telah tertidur. Mungkin saja karna capek sepanjang hari membereskan tempat tinggal. 

Mendadak saya terbangun karna om buka dasterku. “Om, Sintia ingin diapain”, kataku lirih. Dia terperanjat serta selekasnya hentikan aksinya. Dia memandangi badan mulusku tanpa ada daster yang menghalanginya. Badan molekku sungguh menghidupkan birahi. toket yang besar membusung, pinggang yang ramping, serta pinggul yang besar melebar. pentilku berdiri tegak. Rupanya sepanjang saya tertidur, dia menggerayangi sekujur badanku hingga naspunya tidak terbendung lagi. Dia telah bertelanjang bulat. Saya terperanjat lihat kontolnya yang demikian besar serta panjang (dibanding dengan kontol suamiku) dalam kondisi begitu tegang. Napsuku bangkit juga lihat kontolnya, muncul keinginanku untuk rasakan bagaimana enaknya jika kontol besar itu menggesek keluar masuk nonokku.

“Sin, om ingin ngasi kesenangan sama kamu, ingin enggak”, tuturnya perlahan-lahan sembari mencium toket ku yang montok. Saya diam saja, mataku terpejam. Dia mengendus-endus ke-2 toketku yang berbau harum sembari sesekali mengecupkan bibir serta menjilatkan lidahnya. pentil toket kananku dilahap kedalam mulutnya. Tubuhku sedikit tersentak saat pentil itu digencet perlahan-lahan dengan memakai lidah serta gigi atasnya. “Om…”, rintihku, perbuatannya menghidupkan napsuku juga. Saya jadi begitu menginginkan rasakan kesenangan dientot, hingga saya diam saja membiarkan dia menjelajahi badanku. Disedot-sedotnya pentil toketku dengan memiliki irama. Awal mula lemah, lama-lama agak diperkuat sedotannya. Diperbesar daerah lahapan bibirnya. 

Saat ini pentil serta toket sekitarnya yang berwarna kecoklatan itu semuanya masuk kedalam mulutnya. Kembali disedotnya daerah itu dari lemah-lembut jadi agak kuat. Mimik wajahku terlihat sedikit beralih, seakan menahan satu kesenangan. Ke-2 toketku yang harum itu diciumi serta disedot-sedot dengan memiliki irama. Sembari selalu menggumuli toketku dengan bibir, lidah, serta berwajah, dia selalu menggesek-gesekkan kontol di kulit pahaku yang halus serta licin. Dibenamkannya berwajah diantara ke-2 iris gumpalan dada ku. Perlahan dia bergerak ke arah bawah. Digesek-gesekkan berwajah di lekukan badanku yang disebut batas pada gumpalan toket serta kulit perutku. 

Kiri serta kanan diciumi serta dijilatinya dengan bertukaran. Kecupan-kecupan bibir, jilatan-jilatan lidah, serta endusan-endusan hidungnya juga berpindah ke perut serta pinggangku. Sesaat gesekan-gesekan kepala kontolnya geser ke betisku. Bibir serta lidahnya menyusuri perut seputar pusarku yang putih mulus. Berwajah bergerak lebih ke bawah. Dengan nafsu yang menggebu-gebu dia memeluk pinggulku dengan perlahan. Kecupannya juga beralih ke CD tidak tebal yang membungkus pinggulku. Ditelusurinya pertemuan pada kulit perut serta CD, ke arah pangkal paha. Dijilatnya helaian-helaian rambut jembutku yang keluar dari CDku. Lantas diendus serta dijilatnya CD pink itu dibagian belahan bibir nonokku. Saya semakin terengah menahan napsuku, sesekali saya melenguh menahan kesenangan yang kurasakan. 

Dia bangkit. Dengan posisi berdiri diatas lutut dikangkanginya badanku. kontolnya yang tegang ditempelkan di kulit toketku. Kepala kontol digesek-gesekkan di toketku yang montok itu. Sembari mengocok batangnya dengan tangan kanannya, kepala kontolnya selalu digesekkan di toketku, kiri serta kanan. Sesudah sekitaran dua menit dia lakukan hal tersebut. Dicapai ke-2 iris gumpalan toketku yang montok itu. Dia berdiri diatas lutut dengan mengangkangi pinggang ramping ku dengan posisi tubuh sedikit membungkuk. kontolnya dijepitnya dengan ke-2 gumpalan toketku. Perlahan digerakkannya maju-mundur kontolnya di cekikan ke-2 toket ku. Di saat maju, kepala kontolnya tampak meraih pangkal leherku yang tahap. Di saat mundur, kepala kontolnya tersembunyi di jepitan toketku. Lama-lama gerak maju-mundur kontolnya jadi bertambah cepat, serta ke-2 toketku ditekannya makin keras dengan telapak tangannya supaya jepitan di kontolku makin kuat. Dia juga merem melek nikmati nikmatnya jepitan toketku. Akupun mendesah-desah tertahan, “Ah… hhh… hhh… ah…” 

kontolnya juga mulai melelehkan sedikit cairan. Cairan itu membasahi belahan toketku. Gerakan maju-mundur kontolnya di dadaku yang disertai dengan sebagian desakan serta remasan-remasan tangannya di ke-2 toketnya, mengakibatkan cairan itu jadi teroles rata di selama belahan dadaku yang menjepit kontolku. Cairan itu jadi pelumas yang membuat lancar maju-mundurnya kontolnya didalam jepitan toketku. Karenanya ada sedikit cairan dari kontolnya itu dia tampak rasakan keenakan serta kehangatan yang mengagumkan pada gesekan-gesekan batang serta kepala kontolnya dengan toketku. “Hih… hhh… … Mengagumkan enaknya…, ” dia tidak kuasa menahan rasa enak yang tidak terperi. Nafasku jadi tidak teratur. 

Desahan-desahan keluar dari bibirku, yang terkadang diseling desahan lewat hidungku, “Ngh… ngh… hhh… heh… eh… ngh…” Desahan-desahanku makin buat nafsunya semakin mencapai puncak. Gesekan-gesekan maju-mundurnya kontolnya di jepitan toketku makin cepat. kontolku makin tegang serta keras. “Enak sekali, Sin”, erangnya tidak tertahankan. Dia menggerakkan kontolnya maju-mundur di jepitan toketku dengan makin cepat. Alis mataku bergerak naik turun bersamaan dengan desah-desah perlahan-lahan bibirku karena sebagian desakan, remasan-remasan, serta kocokan-kocokan di toketku. Ada sekitaran lima menit dia nikmati rasa keenakan mengagumkan di jepitan toketku itu.

Toket samping kanan dilepaskan dari telapak tangannya. Tangan kanannya lantas menuntun kontol serta menggesek-gesekkan kepala kontol dengan gerakan memutar di kulit toketku yang halus mulus. Sembari jari-jari tangan kirinya selalu meremas toket kiriku, kontolnya digerakkan memutar-mutar menuju ke bawah. Ke arah perut. Serta di sekitaran pusarku, kepala kontolnya digesekkan memutar di kulit perutku yang putih mulus, sembari sesekali disodokkan perlahan-lahan di lobang pusarku. Dicopotnya CD minimku. Pinggulku yang melebar itu tidak berpenutup lagi. Kulit perutku yang awal mulanya tertutup CD terlihat terang sekali. Licin, putih, serta sangat mulus. 

Dibawah perutku, jembutku yang hitam lebat menutupi daerah sekitaran nonokku. Ke-2 paha mulusku direnggangkannya lebih lebar. Saat ini rimba lebat dibawah perutku terkuak, mempertontonkan nonokku. Dia juga ambil posisi supaya kontolnya bisa meraih nonokku dengan mudahnya. Dengan tangan kanan memegang kontol, kepalanya digesek-gesekkannya ke jembutku. Kepala kontolnya bergerak menyusuri jembut menuju ke nonokku. Digesek-gesekkan kepala kontol ke seputar bibir nonokku. Merasa geli serta nikmat. Kepala kontol digesekkan agak ke arah nonokku. Serta menusuk sedikit kedalam. Lama-lama dinding mulut nonokku jadi basah. Digetarkan perlahan kontolnya sembari selalu masuk nonokku. 

Saat ini semua kepala kontolnya yang berhelm pink tebenam dalam jepitan mulut nonokku. Kembali dari mulutku keluar desisan kecil karna nikmat tidak terperi. Kontolnya makin tegang. Sesaat dinding mulut nonokku merasa makin basah. Perlahan kontolnya ditusukkan lebih kedalam. Saat ini tinggal separuh kontol yang tersisa diluar. Dengan perlahan-lahan dimasukkan kontolnya kedalam nonokku. Tenggelam telah semua kontolnya didalam nonokku. Sekujur kontol saat ini dijepit oleh nonokku. Dengan perlahan digerakkan keluar-masuk kontolnya kedalam nonokku. Pada saat keluar, yang tersisa didalam nonokku cuma kepalanya saja. 

Pada saat masuk semua kontol tenggelam didalam nonokku hingga batas pangkalnya. Dia selalu memasuk-keluarkan kontolnya ke lobang nonokku. Alis mataku terangkat naik setiap saat kontolnya menusuk masuk nonokku dengan perlahan-lahan. Bibir segarku yang sensual sedikit terbuka, tengah gigiku terkatup rapat. Dari mulut sexy ku keluar desis kesenangan, “Sssh…sssh… hhh… hhh… ssh… sssh…” Dia selalu mengocok perlahan nonokku. Enam menit telah hal tersebut berjalan. Kembali dikocoknya dengan perlahan-lahan nonokku hingga sepanjang dua menit. Kembali ditariknya kontolnya dari nonokku. Tetapi tidak semuanya, kepala kontol masih tetap dibiarkannya tertanam dalam nonokku. Sesaat kontol dikocoknya dengan jari-jari tangan kanannya dengan cepat.

Rasa enak itu nampaknya kurasakan juga. Saya mendesah-desah karena sentuhan-sentuhan getar kepala kontolnya pada dinding mulut nonokku, “Sssh… sssh… zzz…ah… ah… hhh…” Tiga menit lalu dimasukkannya lagi semua kontolnya kedalam nonokku. Serta dikocoknya perlahan-lahan. Hingga kurang lebih empat menit. Lama-lama dia mempercepat gerakan keluar-masuk kontolnya pada nonokku. Sembari tertahan-tahan, dia mendesis-desis, “Sin… nonokmu luar biasa… nikmatnya…” 

Gerakan keluar-masuk dengan cepat itu berjalan hingga sekitaran empat menit. Mendadak dicopotnya kontol dari nonokku. Selekasnya dia berdiri dengan lutut mengangkangi badanku supaya kontolnya gampang meraih toketku. Kembali dicapainya ke-2 iris toket montok ku untuk menjepit kontolnya yang berdiri dengan sangat gagahnya. Supaya kontolnya bisa terjepit dengan nikmatnya, dia agak merundukkan tubuhnya. Kontol dikocoknya maju-mundur didalam jepitan toketku. Cairan nonokku yang membasahi kontolnya saat ini adalah pelumas pada gesekan-gesekan kontolnya serta kulit toketku. “Oh…hangatnya… Sssh… nikmatnya…Tubuhmu luarrr biasa…”, dia merintih-rintih keenakan. Akus juga mendesis-desis keenakan, “Sssh.. sssh… sssh…” Gigiku tertutup rapat. 

 http://www.hitsdomino.org/app/Default0.aspx?ref=LINDA168168&lang=id

Alis mataku bergerak ke atas ke bawah. Dia mempercepat maju-mundurnya kontolnya. Dia menguatkan desakan pada toketku supaya kontolnya terjepit lebih kuat. Karna basah oleh cairan nonokku, kepala kontolnya terlihat sangat mengkilat di waktu melongok dari jepitan toketku. Leher kontol yang berwarna coklat tua serta helm kontol yang berwarna pink itu menari-nari di jepitan toketku. Makin dipercepat kocokan kontolnya pada toketku. Tiga menit telah kocokan hebat kontolnya di toket montok ku berjalan. Dia semakin cepat mengocokkan kontol di kempitan toket indah ku. Pada akhirnya dia tidak kuasa lagi membendung jebolnya tanggul pertahanannya. “Sin..! ” pekiknya dengan tidak tertahankan. Matanya membeliak-beliak. Jebollah pertahanannya. Kontolnya menyemburkan peju. Crot! Crot! Crot! Crot! 

Pejunya menyemprot dengan derasnya. Hingga empat kali. Kuat sekali semprotannya, hingga menghantam rahangku. Peju itu berwarna putih serta terlihat begitu kental. Dari rahang peju mengalir turun ke arah leherku. Peju yang tersisa didalam kontolnya juga menyusul keluar dalam tiga semprotan. Cret! Cret! Cret! Kesempatan ini semprotannya lemah. Semprotan awal cuma hingga pangkal leherku, tengah yang paling akhir cuma jatuh di atas 
belahan toketku. Dia nikmati terakhir kesenangan. “Luar biasa…Sin, sangat nikmat badanmu…, ” dia bergumam. “Kok tidak dikeluarin di dalam saja om”, kataku lirih. “Gak apa jika om ngecret didalem Sin”, jawabnya. “Gak apa om, Sintia ingin merasakan semprot peju anget.

Namun Sintia ngerasa sangat nikmat om, belum pernah Sintia merasakan kesenangan seperti ini”, kataku lagi. “Ini baru ronde pertama Sin, ingin lagi kan ronde kedua”, tuturnya. “Mau om, namun ngecretnya didalem ya”, jawabku. “Kok tadi kamu diem saja Sin”, tuturnya lagi. “Bingung om, namun nikmat”, jawabku sembari tersenyum. “Engh…” saya menggeliatkan tubuhku. Dia selekasnya mengelap kontol dengan tissue yang ada diatas meja, serta menggunakan celana pendek. Sebagian lembar tissue di ambil untuk mengelap peju yang berleleran di rahang, leher, serta toketku. Ada yang tidak bisa dilap, yaitu cairan peju yang telah terlajur jatuh di rambut ku. “Mo kemana om”, tanyaku. “Mo ambillah minum dulu”, jawabnya. “Kok celananya di pakai, tuturnya ingin ronde kedua”, kataku. Saya telah ingin dia menekuniku sekali lagi. 

Dia kembali membawa gelas diisi air putih, diberikannya pada ku yang segera kutenggak sampai habis. Dia keluar lagi untuk isi gelas dengan air serta kembali ke kekamar. Masih tetap tidak senang dia memandangi toket indahku yang terhampar di depan matanya. Dia melihat ke arah pinggangku yang ramping serta pinggulku yang melebar indah. Selalu tatapannya jatuh ke nonokku yang dikelilingi oleh jembut hitam jang lebat. Saya menginginkan mengulangi permainan tadi, digeluti, didekap kuat. Mengocok nonokku dengan kontolnya dengan irama yang menghentak-hentak kuat. Serta dia bisa menyemprotkan pejunya didalam nonokku sembari merengkuh kuat-kuat badannya waktu saya nyampe. Nafsuku terbakar. 

“Sin…, ” desahnya penuh nafsu. Bibirnya juga menekuni bibirku. Bibir sensualku yang menantang itu dilumat-lumat dengan ganasnya. Sesaat saya juga tidak ingin kalah. Bibirku juga menyerang bibirnya dengan dahsyatnya, seolah tidak ingin kedahuluan oleh lumatan bibirnya. Ke-2 tangannyapun menyusup di antara lenganku. Badanku saat ini ada dalam dekapannya. Dia mempererat dekapannya, sesaat saya juga mempererat pelukanku pada dianya. Kehangatan badannya merasa merembes ke tubuhku, toketku yang membusung merasa makin menghimpit dadanya. Saya meremas-remas kulit punggungnya. Saya mencopot celananya serta merangkul punggungnya lagi. Dia kembali mendekap erat badanku sembari melumat kembali bibirku. Dia selalu mendekap badanku sembari sama-sama melumat bibir. Sesaat tangan kami sama-sama meremas-remas kulit punggung. Kehangatan mengikuti badan sisi depan kami yang sama-sama melekat. Saat ini kurasakan toketku yang montok menghimpit ke dadanya. 

Serta saat sama-sama sedikit berubahan, pentilku seakan-akan menggelitiki dadanya. Kontolnya merasa hangat serta mengeras. Tangan kirinya juga turun ke arah perbatasan pinggang ramping serta pinggul besar ku, menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutnya. Kontolnya tergencet di antara perut bawahku serta perut bawahnya. Sesaat bibirnya bergerak ke arah leherku, diciumi, dihisap-hisap dengan hidungnya, serta dijilati dengan lidahnya. “Ah… geli… geli…, ” desahku sembari menengadahkan kepala, supaya semua leher hingga daguku terbuka dengan luasnya. Saya juga membusungkan dadaku serta melenturkan pinggangku ke depan. Dengan posisi demikian, meskipun berwajah dalam kondisi menekuni leherku, badan kami dari dada sampai bawah perut tetaplah bisa menyatu dengan rapatnya. Tangan kanannya lantas bergerak ke dadaku yang montok, serta meremas-remas toketku dengan perasaan gemas. 

Sesudah senang menekuni leherku, berwajah turun ke arah belahan dadaku. Dia berdiri dengan agak merunduk. Tangan kirinya juga menyusul tangan kanan, yaitu bergerak memegangi toket. Digeluti belahan toketku, sesaat ke-2 tangannya meremas-remas ke-2 iris toketku sembari menekan-nekankannya ke arah berwajah. Digesek-gesekkan memutar berwajah di belahan toketku. Bibirnya bergerak ke atas bukit toket samping kiri. 

Diciuminya bukit toketku, serta dimasukkan pentil toketku kedalam mulutnya. Saat ini dia menyedot-sedot pentil toket kiriku. Dimainkan pentilku didalam mulutnya dengan lidah. Sedotan terkadang diperbesar ke puncak bukit toket di sekitaran pentil yang berwarna coklat. “Ah… ah… om…geli…, ” saya mendesis-desis sembari menggeliatkan badan ke kiri-kanan. Dia menguatkan sedotannya. Sesaat tangannya meremas kuat toket samping kanan. Terkadang remasan diperkuat serta diperkecil menuju puncak, serta disudahi dengan sebagian desakan kecil jari telunjuk serta ibu jarinya pada pentilku. “Om… hhh… geli… geli… enak… enak… ngilu…ngilu…” Dia makin gemas. Toketku dimainkan dengan bertukaran, pada samping kiri serta samping kanan. Bukit toket terkadang disedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, terkadang yang disedot cuma pentilku serta dicepit dengan gigi atas serta lidah. Belahan lain terkadang diremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, terkadang cuma dipijit-pijit serta dipelintir-pelintir kecil pentil yang mencuat gagah di puncaknya. “Ah…om… terus… hzzz… 
ngilu… ngilu…” saya mendesis-desis keenakan. Mataku terkadang terbeliak-beliak. Geliatan badanku ke kanan-kiri makin seringkali frekwensinya. 

Hingga pada akhirnya saya tidak kuat melayani serangan-serangan awalannya. Jari-jari tangan kananku yang mulus serta lembut menangkap kontolnya yang telah berdiri dengan gagahnya. “Om.. kontolnya besar ya”, ucapku. Sembari membiarkan mulut, muka, serta tangannya selalu memainkan serta menekuni ke-2 iris toketku, jari-jari lentik tangan kananku meremas-remas perlahan-lahan kontolnya dengan memiliki irama. Dia merengkuh badanku dengan gemasnya. Dikecupnya kembali daerah pada telinga serta leherku. Terkadang daun telinga samping bawahnya dikulum dalam mulutnya serta dimainkan dengan lidahnya. Terkadang ciumannya beralih ke punggung leherku yang tahap. Dijilati pangkal helaian rambutku yang terjatuh di kulit leherku. Sesaat tangannya mendekap dadaku dengan eratnya. Telapak serta jari-jari tangannya meremas-remas ke-2 iris toketku. Remasannya terkadang begitu kuat, terkadang melemah. Sembari telunjuk serta ibu jari tangan kanannya menggencet serta memelintir perlahan-lahan pentil toket kiriku, sesaat tangan kirinya meremas kuat bukit toket kananku serta bibirnya menyedot kulit mulus pangkal leherku yang bebau harum, kontolnya digesek-gesekkan serta ditekan-tekankan ke perutku.

Saya juga menggelinjang ke kiri-kanan. “Ah… om… ngilu… selalu om… terus… ah… geli… geli…terus… hhh… enak… enaknya… enak…, ” saya merintih-rintih sembari selalu berupaya menggeliat ke kiri-kanan dengan memiliki irama searah dengan permainan tangannya di toketku. Mengakibatkan pinggulku menggial ke kanan-kiri. “Sin.. enak sekali Sin… sssh… luar biasa… enak sekali…, ” diapun mendesis-desis keenakan. “Om keenakan ya? kontol om merasa besar serta keras sekali menghimpit perut Sintia. Wow… kontol om merasa hangat di kulit perut Sintia. Tangan om nakal sekali … ngilu, …, ” rintihku. “Jangan mainkan cuma pentilnya saja… geli… remas semuanya saja…” saya makin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratnya. Saya telah semakin liar saja desahannya, saya begitu nikmati gelutannya, lupa kalau dia ini om suamiku. “Om.. remasannya kuat sekali… Tangan om nakal sekali.. Sssh… sssh… ngilu… ngilu…Ak… kontol om … besar sekali… kuat sekali…” 

Saya menarik berwajah mendekat ke wajahku. Bibirku melumat bibirnya dengan ganasnya. Dia juga tidak ingin kalah. Dilumatnya bibirku dengan penuh nafsu yang menggebu-gebu, sesaat tangannya mendekap badanku dengan kuatnya. Kulit punggungku yang teraih oleh telapak tangannya diremas-remas dengan gemasnya. Lalu dia menindihi badanku. Kontolnya terjepit diantara pangkal pahaku serta perutnya sisi bawah. Pada akhirnya dia tidak sabar lagi. Bibirnya saat ini beralih menciumi dagu serta leherku, sesaat tangannya menuntun kontolnya untuk mencari nonokku. Diputar-putarkan dahulu kepala kontolnya di kelebatan jembut di sekitar bibir nonokku. Saya mencapai kontolnya yang telah sangat tegang. Pahaku yang mulus itu terbuka agak lebar. “Om kontolnya besar serta keras sekali” kataku sembari mengarahkan kepala kontolnya ke nonokku. Kepala kontolnya menyentuh bibir nonokku yang telah basah. Dengan perlahan serta sembari digetarkan, kontol diutamakan masuk ke kunonok. Saat ini semua kepala kontolnya juga tenggelam didalam nonokku. Dia hentikan gerak masuk kontolnya. 

“Om… lanjutkan masuk… Sssh… enak… janganlah berhenti hingga situ saja…, ” saya memprotes atas perbuatannya. Tetapi dia tidak peduli. Dilewatkan kontolnya cuma masuk ke nonokku cuma hanya kepalanya saja, tetapi kontolnya digetarkan dengan amplituda kecil. Sesaat bibir serta hidungnya dengan ganasnya menekuni leherku yang tahap, lengan tanganku yang harum serta mulus, serta ketiakku yang bersih dari bulu. Saya menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan. “Sssh… sssh…enak… enak… geli… geli, om. Geli… Selalu masuk, om.. ” Bibirnya mengulum kulit lengan tanganku dengan kuat-kuat. Sesaat tenaga dikonsentrasikan pada pinggulnya. Dan… satu… dua… tiga! kontolnya ditusukkan sedalam-dalamnya kedalam nonokku dengan amat cepat serta kuat. Plak! Pangkal pahanya beradu dengan pangkal pahaku yang tengah dalam posisi agak buka dengan kerasnya. Sesaat kontolnya seperti diplirid oleh bibir nonokku yang telah basah dengan kuatnya hingga menyebabkan bunyi : srrrt! “Auwww! ” pekikku. Dia diam sebentar, membiarkan kontolnya tertanam semuanya didalam nonokku tanpa ada bergerak sedikit juga. “Sakit om… ” kataku sembari meremas punggungnya dengan keras. 

Dia juga mulai menggerakkan kontolnya keluar-masuk nonokku. Semua sisi kontolnya yang masuk nonokku dipijit-pijit dinding lobang nonokku dengan agak kuatnya. “Bagaimana Sin, sakit? ” tanyaku. “Sekarang telah tidak om…ssh… enak sekali… enak sekali… kontol om besar serta panjang sekali… beberapa hingga menyumpal penuh semua penjuru nonok Sintia.., ” jawabku. Dia selalu memompa nonokku dengan kontolnya perlahan. Toketku yang melekat di dadanya turut terpilin-pilin oleh dadanya karena gerakan memompa tadi. Ke-2 pentilku yang telah mengeras seolah-olah mengkilik-kilik dadanya. Kontolnya diiremas-remas dengan memiliki irama oleh otot-otot nonokku searah dengan genjotannya itu. Sesaat setiap saat menusuk masuk kepala kontolnya menyentuh satu daging hangat didalam nonokku. Sentuhan itu terasanya geli-geli nikmat. 

Dia ambil ke-2 kakiku serta mengangkatnya. Sembari melindungi supaya kontolnya tidak tercabut dari nonokku, dia ambil posisi agak jongkok. Betis kananku ditumpangkan diatas bahunya, sesaat betis kiriku didekatkan ke berwajah. Sembari selalu mengocok nonokku perlahan-lahan dengan kontolnya, betis kiriku yang sangat indah itu diciumi serta dikecupi dengan gemasnya. Sesudah senang dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang diciumi serta digeluti, sesaat betis kiriku ditumpangkan ke atas bahunya. Demikian hal itu dikerjakan sekian kali dengan bertukaran, sembari menjaga gerakan kontolnya maju-mundur perlahan-lahan di nonok ku. Sesudah senang dengan cara itu, dia menempatkan ke-2 betisku di bahunya, sesaat ke-2 telapak tangannya memperoleh ke-2 iris toketku. Masih tetap dengan kocokan kontol perlahan-lahan di nonokku, tangannya meremas-remas toket montok ku.

Ke-2 gumpalan daging kenyal itu diremas kuat-kuat dengan memiliki irama. Terkadang ke-2 pentilku digencet serta dipelintir-pelintir dengan perlahan-lahan. Pentilku makin mengeras, serta bukit toketku makin merasa kenyal di telapak tangannya. Saya juga merintih-rintih keenakan. Mataku merem-melek, serta alisku menyeimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas serta ke bawah. “Ah… om, geli… geli… … Ngilu om, ngilu… Sssh… sssh… selalu om, terus…. kontol om buat nonok Sintia terasa enak sekali… Kelak janganlah dingecretinkan diluar nonok, ya om. Ngecret didalam saja… ” Dia mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kontolnya di nonokku. “Ah-ah-ah… bener, om. Bener… yang cepat…Terus om, terus… ” Dia seperti di beri spirit oleh rintihan-rintihanku. 

Tenaganya jadi berlipat-lipat. Ditingkatkan kecepatan keluar-masuk kontolnya di nonokku. Selalu serta selalu. Semua sisi kontolnya diremas-remas dengan cepatnya oleh nonokku. Saya jadi merem-melek. Demikian halnya dianya, dia juga merem-melek serta mendesis-desis karna terasa keenakan yang mengagumkan. 

“Sssh… sssh… Sin… enak sekali… enak sekali nonokmu… enak sekali nonokmu…” “Ya om, Sintia juga terasa enak sekali… terusss…terus om, terusss…” Dia tingkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontolnya pada nonokku. “Om… sssh… sssh… Terus… terus… Sintia nyaris nyampe…sedikit lagi… keduanya sama ya om…, ” saya jadi mengoceh tanpa ada kendali. Dia mengayuh selalu. Disamping itu nonokku berdenyut dengan hebatnya. “Om… Ah-ah-ah-ah-ah… Ingin keluar om… ingin keluar.. ah-ah-ah-ah-ah… saat ini ke-ke-ke…” Mendadak kontolnya dijepit oleh dinding nonok ku dengan begitu kuatnya. Didalam nonokku, kontolnya disemprot oleh cairan yang keluar dari nonokku dengan cukup derasnya. Serta saya meremas lengan tangannya dengan begitu kuatnya. Saya juga berteriak tanpa ada kendali : “…keluarrr…! ” Mataku membeliak-beliak. Dalam waktu relatif cepat badan kurasakan mengejang. 

Dia juga hentikan genjotannya. Kontolnya yang tegang mengagumkan dilewatkan tertanam dalam nonokku. Saya memejam sebagian waktu dalam nikmati puncak. Sesudah sekitaran satu menit berjalan, remasan tanganku pada lengannya perlahan mengendur. Kelopak mataku juga buka, memandangi berwajah. Sesaat jepitan dinding nonokku pada kontolnya berangsur-angsur melemah, meskipun kontolnya masih tetap tegang serta keras. Ke-2 kakiku lantas ditempatkan kembali diatas ranjang dengan posisi agak buka. Dia kembali menindih badan telanjangku dengan menjaga supaya kontolnya yang tertanam didalam nonokku tidak tercabut. 

“Om… luar biasa… rasa-rasanya seperti ke langit ke tujuh, ” kataku dengan mimik muka penuh kenikmatan. Kontolnya masih tetap tegang didalam nonokku. Kontolnya masih tetap besar serta keras. Dia kembali mendekap badanku. Kontolnya mulai bergerak keluar-masuk lagi di nonokku, tetapi masih tetap dengan gerakan perlahan-lahan. Dinding nonokku dengan berangsur-angsur merasa mulai meremas-remas kontolnya. Tetapi saat ini gerakan kontolnya lebih lancar dibanding dengan tadi. Tentu karna ada cairan yang disemprotkan oleh nonokku sebagian waktu waktu lalu. “Ahhh…om… segera mulai lagi… Saat ini giliran om.. semprotkan peju om di nonok Sintia.. Sssh…, ” saya mulai mendesis-desis lagi. Bibirnya mulai memagut bibirku serta melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sesaat tangan kirinya turut menyokong berat tubuhnya, tangan kanannya meremas-remas toket ku dan memijit-mijit pentilnya, sesuai sama irama gerak maju-mundur kontolnya di nonokku. “Sssh… sssh… sssh… enak om, enak… Terus…teruss… terusss…, ” desisku. Sembari kembali melumat bibirku dengan kuatnya, dia mempercepat genjotan kontolnya di nonokku. Dampak ada cairan didalam nonokku, keluar-masuknya kontol juga diiringi oleh nada, “srrt-srret srrrt-srrret srrt-srret…” Saya tidak henti-hentinya merintih kesenangan, “Om… ah… “

Kontolnya makin tegang. Dilepaskannya tangan kanannya dari toketku. Ke-2 tangannya saat ini dari ketiak ku menyusup ke bawah serta memeluk punggungku. Akupun memeluk punggungnya serta mengusap-usapnya. Dia juga mengawali serangan dahsyatnya. Keluar-masuknya kontolnya kedalam nonok ku saat ini berjalan dengan cepat serta bertenaga. Setiap saat masuk, kontol dihunjamkan keras-keras supaya menusuk nonokku sedalam-dalamnya. Kontolnya seperti diremas serta dihentakkan kuat-kuat oleh dinding nonokku. Hingga di langkah terdalam, saya membeliak sembari keluarkan seruan tertahan, “Ak! ” Sesaat daging pangkal pahanya seperti menampar daging pangkal pahaku hingga berbunyi : plak! Di waktu bergerak keluar nonokku, kontolnya dijaga supaya kepalanya tetaplah tertanam di nonokku. Remasan dinding nonokku pada kontolnya pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah di banding dengan gerak masuknya. Bibir nonokku yang mengulum kontolnya juga sedikit turut tertarik keluar. Pada gerak keluar ini saya mendesah, “Hhh…” Dia selalu menggenjot nonokku dengan gerakan cepat serta menghentak-hentak. 

Saya meremas punggungnya kuat-kuat di waktu kontol dihunjam masuk sejauh-jauhnya ke nonokku. Beradunya daging pangkal paha menyebabkan nada : Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran pada kontolnya serta nonokku menyebabkan bunyi srottt-srrrt… srottt-srrrt… srottt-srrrt… Ke-2 suara itu diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecilku : “Ak! Hhh… Ak! Hhh… Ak! Hhh…” “Sin… Enak sekali Sin… nonokmu enak sekali… nonokmu hangat sekali… jepitan nonokmu enak sekali…” “Om… selalu om…, ” rintihku, “enak om… enaaak… Ak! Hhh…” Diapun mengocokkan kontolnya ke nonokku dengan makin cepat serta kerasnya. Tiap-tiap masuk kedalam, kontolnya berupaya menusuk lebih dalam lagi serta lebih cepat lagi dibanding langkah masuk terlebih dulu. “Sin… aku… aku…” Karna menahan rasa nikmat yang mengagumkan dia tidak dapat merampungkan ucapannya yang memanglah telah terbata-bata itu. “Om, Ines… ingin nyampe lagi… Ak-ak-ak… saya nyam…” 

Mendadak kontolnya mengejang serta berdenyut dengan sangat dahsyatnya. Dia tidak dapat lagi menahan lebih lama lagi. Tetapi ketika itu juga mendadak dinding nonok ku mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat serta enak sekali itu, dia tidak dapat lagi menahan jebolnya bendungan pejunya. Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kontolnya disemprot cairan nonokku, berbarengan dengan pekikanku, “…nyampee…! ” Badanku mengejang dengan mata membeliak-beliak. “Sin…! ” dia melenguh keras-keras sembari merengkuh badanku sekuat-kuatnya. Berwajah dibenamkan kuat-kuat di leherku yang tahap. Pejunya juga tidak terbendung lagi. Crottt! Crottt! Crottt! Pejunya menyembur dengan derasnya, menyemprot dinding nonokku yang terdalam. Kontolnya yang tenggelam semuanya didalam nonokku merasa berdenyut-denyut. 

Sebagian waktu lamanya kami terdiam dalam kondisi berpelukan erat sekali. Dia menggunakan sisa-sisa peju dalam kontolnya. Cret! Cret! Cret! kontolnya menyemprotkan lagi peju yang masih tetap tersisa kedalam nonokku. Kesempatan ini semprotannya lebih lemah. Perlahan baik badanku ataupun badannya tidak mengejang lagi. Dia menciumi leher mulusku dengan lembutnya, sesaat saya mengusap-usap punggungnya serta mengelus-elus rambutnya. Saya terasa senang sekali dientot om.

 http://www.hitsdomino.org/app/Default0.aspx?ref=LINDA168168&lang=id

Agen Poker Terpercaya & Tanpa Robot ( 100% Member Vs Member )
Tersedia Games : Poker Online, Domino 99, BandarQ, Bandar Poker, Adu Q, Capsa Susun, Dan Sakong

Cukup 1 ID Sudah Dapat Memainkan 7 Games
Untuk DAFTAR silahkan klik link ini :
http://bit.ly/2m8zJjV

HOT PROMO !!!
* PROMO BONUS TURNOVER 0.5%
* PROMO BONUS REFERAL 15%
* MINIMAL DEPOSIT RP 20.000

Info Lebih Lanjut Hub:
* Website : WWW.HITSDOMINO.ORG
* Pin BB : D8DA45DE
* Yahoo : hitsdomino@yahoo.com
* baca juga artikelnya : http://www.beritalucu889.blogspot.com
* baca juga artikelnya : http://www.webpokermas.blogspot.com
* baca juga artikelnya : http://hiburandewasa88.blogspot.com
* baca juga artikelnya : http://www.ceritaterkini88.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar