Tiga th. tempo hari saya hidup di kota bandung, saat itu saya berusia 25 th. serta tinggal dengan sepupuku soalnya saya masih tetap nganggur bantu bantu dia di pasar untuk usaha kecil kecilan, hingga akhirnya dengan tidak disengaja saya kenali seseorang pelanggan yang umum menggunakan layanan angkutan barang pasar yang kebetulan saya yang mengemudikannya. Bu Murni namanya. Sembari bercakap ngalor-ngidul saya antar ia sampai dirumahnya yang memangagak jauh dari pasar daerah ia berjualan kain- kain serta baju.
Sesampai dirumahnya saya bantuin ia mengangkat barang-barangnya. Mungkin saja sebab sudah mulai akrab saya tidak selekasnya pulang. Toh, memanglah ini penumpang yang paling akhir. saya duduk saja dimuka tempat tinggalnya yang teduh, sebab kebetulan ada seperti dipan dari bambu dihalaman dibawah pohon jambu. Dari dalam saya mendengar bunyi seperti menyurruh pada seorang..
“Sep.. Tuch bawain air yang dikendil ke depan.., ” begitubunyi Bu Murni.
saya tidak mendengar ada jawaban dari yang diminta Bu Murni barusan. Yang ada mendadak seseorang gadis umur kurang lebih 20 tahunan keluar dari tempat tinggal membawa gelas serta kendil air putih fresh. Berwajah umum saja, agak serupa Bu Murni, namun kulitnya putih serta semampai juga. ia tersenyum..
“Mas, minum dulu.. Air kendil seger lho.. ” begituia menyapaku.
“I.. Iya.. Terima kasih.. ” balasku.
Masih tetap sembari senyum ia balik kanan untuk masuk kembali kedalam tempat tinggalnya. saya masih tetap tertegun sembari memandangnya. pantatnyaberharap tembus pandang saja niatku, tidak, jalannya sesuai, lumayan deh.. ’ batinku. diaseberapa lama Bu Murni keluar. ia sudah ganti baju, mungkin saja yang umum ia pakai kesehariannya..
“Dik Sempurna, itu barusan buah hati saya si Septi.. ” kata BuMurni.
“ia tuch sekali lagi mengurus surat-surat tuturnya menginginkan ke Malaysia jadi TKW. ” lanjutnya. saya manggut-manggut..
“O gitu yah.. Ngapain sich kok menginginkan jauh-jauh ke Malaysia, kan jauh.. Kelak bila ada apa-apa bagaimana.. ” saya menimpalinya.
diaseterusnya saya bercakap sesaat lantas pamit undur diri. Belum juga sampai saya menstater kendaraan beroda empat pickupku, Bu Murni sembari lari kecil ke arahku..
“Eh dik Sempurna, tunggulah dulu tuturnya Septi menginginkan turut dan sampai terminal bus. ia menginginkan ambillah surat- surat di rumah kakaknya. Tungguin sesaat ya.. ”
saya tidak jadi menstater serta sembari buka pintu kendaraan beroda empat saya tersenyum sebab berikut waktunya saya bisa senang ketahui si Septi. Demikianlah akhirnya saya serta Septi berteman pertama kalinya.
saya antar ia ambil surat-surat TKW-nya.
Didalam perjalanan kami bercakap serta sembari bersendau gurau.
“Sep.., namamu Septi. Kok tidak ada lesung Septinya.. ” kataku ngeledek. Septi juga tidak keok ngeledeknya.
“Mas saya kan sudah miliki lesung yang beda.. Masak sich kurang sekali lagi.. ” balas Septi..
Di situ saya mulai berani ngomong yang sedikit bandel, sebab kelihatannya Septi tidaklah terlalu kaku serta lugu seperti gadis-gadis didesa. cuma saja ia berani merantau keluar negeri, fikirku.
Sesampai di rumah kakaknya, rupanya tuan-rumah tengah pergi membantu tetangga yang tengah hajatan. saya ada buah hatinyayang masih tetap kecil kurang lebih 7 tahunan di rumah. Septi memerintahnya menyebutkan ibunya.
“Eh Ugi, Ibu sudah lama belum juga perginya? susulin sana, katakan ada Lik Septi gitu yah.. ” Ugi pergi menyusul ibunya yg tidak beda adalah kakaknya Septi. Pada saat Ugi tengah menyusul ibunya, saya sekedar duduk di dipan namun didalam tempat tinggal. Septi masuk ke ruang dalam mungkin saja ambillah air atau apa, saya diruangan depan.
Lalu Septi keluar dengan satu gelas air putih ditangannya.
“Mas minum sekali lagi yah.. Kan lelah nyetir kendaraan beroda empat.. ” tuturnya.
Diberikannya air putih itu, namun mata Septi yang cantik itu sembari memandangku genit. saya terima saja gelasnya serta meminumnya. Septi masih tetap saja memandangku tidak berkedip. Akupun akhirnya nekat mencermati ia juga, serta tidak merasa tanganku mencapai tangan Septi, dingin serta sedikit berkeringat. diadikira, bahkan juga tangan Septi meremas jariku. saya tidak ambillah pusing sekali lagi tangan satunya kuraih, kugenggam. Septi menatapku.
“Mas.. Kok kita pegang-pegangan sich.. ” Septi separuh berbisik.
Agak sedikit malu saya, namun kujawab juga,
“Abis, .. sesudahjuga sich.. ” tetapi itu sembari keduanya sama tersenyum saya nekad menarik ke-2 tangannya yang lembut itu hingga badannya menempel di dadaku, serta akhirnya kami sama-sama berpelukan tidak sangat erat semula.
saya selalu meng-erat sekali lagi, erat sekali lagi.. saya dadanya saat ini menempel lekat didadaku. saya semakin peroleh keberanian untuk mengelus berwajah. saya dekatkan bibirku hingga meraba bibirnya. Terasa tidak ada memprotes, selekasnya kukecup serta mengulum bibirnya. Betul-betul enak. Bibirnya berair- berair madu.
Tanganku mendekap badanku sembari kugoyangkan dengan maksud sembari menggesek buah dadanya yang mepet erat dengan badanku. Sayup-sayup saya mendengar Septi seperti mendesah lirih, mungkin saja mulai terstimuluskali..
Terlebih tanpa ada basa-basi benjolan dibawah perutku kadang-kadang saya berniat kubenturkan kurang lebih ditengah selangkangannya. seperti ia paham iramanya, ia memajukan sedikit komponen bawahnya hingga benjolanku mengenai cocok diposisi “mecky”nya.
Sinyal-sinyal nafsu serta birahiku mulai mencapai puncak waktu tanpa ada malu sekali lagi Septi menggelayutkan tangannya dipundakku memeluk, bokongnya goyang memutar, menghimpit sembari mendesah. Tanganku turun serta meremas bokongnya yang padat.
Akupun turut dan goyang melingkar menghimpit dengan benjolan penisku yang menegang namun terbatas sebab masih tetap memakai celana lumayan ketat. saya rasa-rasanya saya gendong badan Septi untuk kurebahkan kedipan, namun urung sebab Ugi yang barusan diperintah Septi menyebut ibunya sudah datang kembali.
Cepat-cepat kami melepas pelukan, membenahi baju, serta duduk seakan-akan tidak berlangsung apa-apa. diamasuk, Ugi yang rupanya sendirian berkata seperti pembawa pesan.
“Lik Septi, Ibu masih tetap lama, repot lagi masak buat tetamu-tetamu. Lik Septi suruh tunggulah saja. Ugi juga menginginkan kesana menginginkan main banyak teman dekat. sudah ya Lik.. ” Habis berkata begituUgi selekasnya lari ngeloyor mungkin saja selekasnya cepat-cepat menginginkan main dengan sahabat-sahabatnya.
saya serta Septi sama-sama memandang, tidak mengerti kenapa ada kesempatan yg tidak terduga datang beruntun buat kami, tak ada agenda, tak ada kemauan tahu-tahu kami hanya berdua saja disebuah tempat tinggal yang kosong ditinggal pemiliknya.
“Mas, mending kita tunggulah saja yah.. sudah jauh-jauh balik sekali lagi kan berlebihan.. saya Mas Sempurna ada acara tidak kelak berabe dong.. ” berkata Septi memecah keheningan.
Dengan berbunga-bunga saya tersenyum serta setuju|sependapat sebab memanglah tidak ada acara sekali lagi saya di rumah.
“Sep sini deh.. saya bisikin.. ” kataku sembari menarik lengan dengan lembut.
“Eh, kau indahjuga yah bila diliatpandang.. ” Tanpa ada ba-Bi-Bu sekali lagi Septi bahkan juga memelukku, mengecup, mengulum bibirku pun|malah|malahan dengan motivasinya yang sensual saya diwujudkan terkejut segera.
Akupun membalasnya dengan buas. saya tidak terlalu lama sekali lagi sembari berdiri. saya mensupport menasihatinya ke dipan untuk lalu merebahkannya dengan masih tetap berpelukan. saya menindihnya, serta masih tetap menciumi, menjilati lehernya, sampai ke kuping samping dalam yang rupanya putih mulus serta berbau teduh.
Tangannya menyentuh benjolan dicelanaku serta selalu meremasnya bersamaan desahan libidonya. Terasa ada perimbangan, saya tidak canggung-canggung sekali lagi saya buka saja kancing bajunya. diatabah saya mengharapkan rasakan buah dada keras kenyal memiliki ukuran 34 putih mulus di balik bra-nya.
Sekali sentil tali bra lepas, saat ini cocok dimuka mataku dua benjolan seukuran kepalan tangan artis film priaArnold Swchargeneger, putih keras dengan puting merah mencuat lebih kurang 1 cm. Senang kupandang, dilanjutkan meraba putingnya dengan lubang hidungku, kuputar-putar sebelumnya akhirnya kujilati melingkari diameternya kumainkan lidahku, kuhisap, sedikit menggigit, jilat sekali lagi, bertukaran kanan serta kiri. Septi membusung menggeliat sembari menghela napas libido. Matanya merem melek lidahnya menjulur membasahi bibirnya sendiri, mendesah sekali lagi..
Sembari lebih keras meremas penisku yang sudah mulai terbuka resluiting celanaku sebab usaha Septi. Tanganku mulai merayap kesana kemari serta baru stop saat telah kubuka celana panjang Septi perlahan-lahan namun tentu, hingga berbugil ria saya dengannya.
Kuhajar semua lekuk badannya dengan jilatanku yang rata dari ujung kuping sampai jari-jari kakinya. tidak Septi mulai takberaturan waktu jilatanku kualihkan dibibir memeknya.
iri menarik, alangkah merah, alangkah enaknya. Clitoris Septi yang sebesar kacang itu kuhajar dengan kilatan kilatan lidahku, kuhisap, kuplintir-plintir dengan semuanya keberingasanku. Bagiku Mecky serta klitoris Septi mungkin saja yang terindah serta terlezaat se-Asia tenggara.
Kesempatan ini Septi sudah seperti terbang menggelinjang, bokongnya mengeras bergoyang searah jarum jam walau mukaku masih tetap membenam diselangkangannya. dialama lalu ke-2 paha Septi mengempit kepalaku membolehkan mulutku berkelanjutan membenam dimeckynya, menegang, melenguhkan bunyi napasnya dan…
“Aauh.. Ahh.. Ahh.. Mas.. Septi.. Mas.. Septi.. Keluar.. Mas.. ” mendengar lenguhan itu semakin kupagut-pagut, kusedot-sedot meckynya, serta banjirlah si-rongga sempit Septi itu.
saya sekali rasa-rasanya bila saya tidak pernah keluar orgasme, kuangkat mukaku, kupegang penisku, kuhujam ke memeknya. rupanya tidaklah terlalu susah sebab memanglah Septi tidak perawan sekali lagi. saya tidak peduli siapa yang mendahului saya, itu bukanlah satu hal perlu. Yang perlu saat ini saya yang tengah mempunyai hak penuh mereguk kesenangan dengannya.
Lagipula saya memanglah orang yang tidak sangat fanatik norma kesucian, bagiku lebih enak dengan tidak pikirkan beberapa hal njelimet sesuai sama itu.
Kembali pada “pertempuranku”, separuh dari penisku sudah masuk keliang miss v sempitnya, kutarik maju mundur perlahan-lahan, perlahan-lahan, cepet, perlahan-lahan sekali lagi, tanganku sembari meremas buah dada Septi. Septi menyaratkan untuk lebih kencang mengasah kocokan penis saktiku, akupun tanggap serta penuhi kemauannya. Benar saja dengan
“Ahh.. Uhh”-nya Septi percepat langkah kerja penggoyangan saya kegelian. Geli nikmat pastinya.
saya keras, semakin kencang, semakin dalam penisku menghujam.
saya-kaprah 10 menit berlalu, saya tidak bendung sekali lagi setelah bertubi-tubi menikam, menukik kedalam sanggamanya dibarengi empotan dinding miss v bidadari calon TKW itu, saya separuh teriak bersamaandesahan Septi yang semakin mengasah, serta akhirnya detik-detik penyampaian puncak orgasme kami berdua datang.
saya serta Septi menggelinjang, menegang, daan.. saya orgasme menyemprotkan benda cair kental didalam mecky Septi. Demikian sebaliknya Septi juga sekian. Mengerang panjang sembari tangannya menjambak rambutku.. Badanku terasanya rubuh rata dengan tanah setelah terbang ke angkasa kesenangan. Kami berpelukan, mulutku berbisik dekat kuping Septi.
“sesudahSep.. Buat saya kelojotan.. saya sekali.. sesudahpuas Sep? ” Septi hanya mengangguk,
“Mas Sempurna.., saya seperti diluar angkasa lho Mas.. Luar umum benar kau Mas.. ” bisiknya..
Sadar kami ada di rumah orang, kami segera kenakan kembali pakaian kami, merapihkannya serta berlaku menentramkan walau sebenarnya peluh kami masih tetap berderai|mengucur. saya mencapai gelas serta meminumnya.
Kami menggunakan saat menanti kakaknya Septi datang dengan bercakap serta bergurau. Pernah Septi menceritakan kalau keperawanannya telah pupus satu tahun lantas oleh tetangganya sendiri yang saat ini sudah wafat sebab demam berdarah. saya tidak ada kesenangan saat itu sebab berbentuk perkosaan yang tak tahu kenapa Septi pilih untuk memendamnya saja.
Demikianlah akhirnya kami kerapkali bersua serta rasakan hari-hari cantik masuk keberangkatan Septi ke Malaysia. dirumahnya, saat Bu Murni kepasar, ataupun di kamarku sebab memanglah bebas 24 jam tanpa ada pantauan dari sepupuku meskipun.
dialama setelah keberangkatan Septi saya geser ke Jakarta. Khabar paling akhir sekitar Septi saya dengar satu tahun waktu lalu, kalau Septi sudah pulang kampung, bukanlah sendiri namun dengan seseorang buah hati kecil yang diindikasikan jadi hasil rekanan gelap dengan majikannya semasa berprofesi di negeri Jiran itu.
Tengah mengenaiku sendiri masih tetap berpetualang serta selalu menginginkan ada “Septi-Septi” beda yang nyasar ke pelukanku. saya masih tetap berjuang untuk hal tersebut hingga detik ini. Kasihan sekali saya.
Agen Poker Terpercaya & Tanpa Robot ( 100% Member Vs Member )
Tersedia Games : Poker Online, Domino 99, BandarQ, Bandar Poker, Adu Q, Capsa Susun, Dan Sakong
Cukup 1 ID Sudah Dapat Memainkan 7 Games
Untuk DAFTAR silahkan klik link ini :
HOT PROMO !!!
* PROMO BONUS TURNOVER 0.5%
* PROMO BONUS REFERAL 20%
* MINIMAL DEPOSIT RP 20.000
Info Lebih Lanjut Hub:
* Website : WWW.HITSDOMINO.ORG
* Pin BBM : D86DAFAF
* Yahoo : hitsdomino@yahoo.com
* baca juga artikelnya : http://ceritasexdewasa168.blogspot.com
* baca juga artikelnya : http://www.webpokermas.blogspot.com
* baca juga artikelnya : http://hiburandewasa88.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar